Bernd Debusmann Jr
BBC News, di Gedung Putih
Getty Images
Minggu Donald Trump dimulai dengan umpatan di udara saat ia kehilangan kesabaran akibat frustrasi yang menumpuk terhadap Iran dan gencatan senjata Israel yang goyah.
Minggu itu berakhir dengan presiden AS yang berseri-seri memimpin pertemuan di Gedung Putih—bukan sekali, tapi dua kali—sambil merayakan serangkaian kemenangan politik besar di dalam dan luar negeri.
Trump berada dalam suasana triumfal, menjawab pertanyaan selama lebih dari satu jam dalam konferensi pers yang berubah jadi daftar prestasinya.
Berikut empat kemenangan besarnya minggu ini, serta pengingat bahwa tak semuanya berjalan sesuai keinginannya.
—
1. Serangan ‘luar biasa’ dan gencatan senjata
Serangan AS yang sukses ke fasilitas nuklir Iran pada 21 Juni diikuti tiga hari kemudian dengan pengumuman Trump soal gencatan senjata "lengkap dan total" dalam apa yang ia sebut "perang 12 hari" antara Israel dan Iran.
Awalnya tak mulus. Tak lama sebelum pengumuman, Iran meluncurkan misil balistik ke pangkalan udara AS di Qatar, memicu kekhawatiran perang meluas di Teluk Persia.
Bahkan setelah gencatan senjata, situasi tetap rapuh. Kedua pihak dituding melanggarnya, memicu kemarahan Trump yang disertai umpatan ke wartawan di halaman Gedung Putih.
Trump sendiri mengaku nyaris gagal meyakinkan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk membatalkan serangan lanjutan ke Iran.
Tapi akhirnya gencatan senjata bertahan, memungkinkannya bangga menyatakan bahwa taruhan militernya berhasil, sekaligus mengklaim dirinya sebagai "pembawa perdamaian"—kemenangan yang sangat dibutuhkan sementara perdamaian di Gaza dan Ukraina masih jauh dari genggamannya.
—
2. Komitmen Nato pada ‘Daddy’
Trump sedang dalam perjalanan ke Belanda untuk KTT Nato ketika dapat pesan dari Sekjen Nato Mark Rutte yang memujinya atas serangan ke Iran—pesan yang dengan senang hati ia bocorkan ke publik.
Dalam kunjungan singkatnya, sekutu AS berkomitmen menaikkan belanja pertahanan jadi 5%, sesuatu yang terus Trump desak.
Lalu dalam konferensi pers bersama, Rutte bercanda memanggil Trump "Daddy", merujuk kemampuannya mendamaikan Israel dan Iran.
Trump terlihat menikmati julukan itu.
"Kayaknya dia suka aku. Kalau enggak… aku bakal balik dan gebuk dia," katanya sambil tertawa didampingi Menlu Marco Rubio. "Dia bilang itu dengan sayang."
Tak lama kemudian, Gedung Putih mengunggah video Trump yang berwajah pemenang dengan caption "daddy’s home".
—
3. ‘Kemenangan besar’ di Mahkamah Agung
Minggu Trump ditutup dengan kabar gembira: Mahkamah Agung membatasi kekuasaan hakim untuk memblokir perintahnya di seluruh AS.
Keputusan ini berdampak luas, mempersulit pengadilan rendah menghalangi agenda domestik Trump lewat apa yang Jaksa Agung Pam Bondi sebut "hujan gugatan".
Dalam konferensi dadakan, Trump menyebutnya "kemenangan monumental untuk konstitusi dan hukum".
Keputusan ini memuluskan kebijakannya yang sebelumnya terhambat, seperti memblokir dana untuk "kota suaka", menunda pemukiman pengungsi, dan melarang dana pajak untuk operasi ganti kelamin.
Ditemani stafnya yang tersenyum, Trump bercanda dan mengajak wartawan bertanya lebih banyak.
"Ini kemenangan besar, dan kami sudah dapat banyak kemenangan besar," ujarnya.
—
4. Kesepakatan damai di Afrika
Jumat sore, Trump bertemu menteri luar negeri Rwanda dan RD Kongo, yang hari itu menandatangani kesepakatan damai untuk mengakhiri puluhan tahun konflik.
Detailnya masih minim, dan kesepakatan serupa sebelumnya gagal—tapi Trump dan presiden Kongo tetap menyebutnya kemenangan generasi.
"Hari ini kekerasan berakhir, dan wilayah ini memulai babak baru," kata Trump.
Kesepakatan ini juga membuka akses AS ke mineral kritis di Kongo.
"Aku yg satukan mereka, sekalian dapatin hak mineral buat AS," ucapnya.
Padahal sebelumnya, Trump mengaku tak terlalu paham konflik ini.
"Aku agak kurang ngerti… yang kutahu cuma mereka berantem pakai parang bertahun-tahun."
Reporter Hariana Veras bilang presiden Kongo ‘sangat berterima kasih’ pada Trump.
—
Beberapa masalah potensial untuk Gedung Putih
Minggu ini tak semuanya mulus untuk Trump.
Rancangan undang-undang pajaknya—yang ia sebut "One, Big, Beautiful Bill"—menghadapi kendala. Trump ingin ia tandatangani sebelum 4 Juli (Hari Kemerdekaan AS), tapi Senat Parliamentarian Elizabeth MacDonough menyebut beberapa klausul melanggar aturan.
"Ini bagian dari proses," kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt. *"Tapi presiden bersikeras RUU ini harus ada di meja