Presiden AS mendorong negara lain untuk memberantas produksi dan ekspor fentanyl.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa China mungkin akan mulai menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka yang terlibat dalam produksi atau distribusi fentanyl, di mana Trump telah berupaya keras untuk memerangi peredarannya.
Dalam pidatonya saat menandatangani undang-undang anti-narkoba pada Rabu, presiden AS menyebut bahwa perlawanan terhadap fentanyl adalah salah satu alasan dia menerapkan tarif impor ke berbagai negara.
“Saya yakin China akan beralih dari situ ke menghukum mati pelaku produksi fentanyl yang mengirimnya ke negara kita,” kata Trump. “Saya percaya hal itu akan segera terjadi.”
China, yang sejak lama menerapkan hukuman berat termasuk eksekusi mati bagi pelaku narkoba, menjadi sasaran kemarahan Trump atas peran opioid ini dalam memicu krisis overdosis di AS.
Negara itu menuai kecaman ketika mengeksekusi empat warga Kanada dengan kewarganegaraan ganda awal tahun ini terkait kejahatan narkoba, meski pemerintah Kanada memohon pengampunan.
Para ahli mempertanyakan efektivitas hukuman berat ini dalam mengatasi peredaran fentanyl, yang menurut China disebabkan terutama oleh tingginya permintaan dari masyarakat AS.
Trump sebelumnya menghubungkan tarif impor ke negara seperti Meksiko dan Kanada dengan fentanyl, meski penyelundupan dari Kanada ke AS nyaris tidak ada.
Kasus overdosis di AS telah menjadi isu penting selama bertahun-tahun, di mana epidemi opioid awalnya dipicu promosi obat pereda nyeri oleh perusahaan farmasi, namun belakangan didominasi oleh opioid sintetis seperti fentanyl.
Angka kematian akibat overdosis mulai menurun dalam beberapa tahun terakhir, memberikan harapan setelah komunitas-komunitas dirusak oleh opioid. Dalam 12 bulan hingga Juni 2024, kasus overdosis turun 12% dibanding periode sama tahun sebelumnya, dari 113.000 menjadi 97.000.