Trump Bilang Tak Mau ‘Buang Waktu’ Hubungi Gubernur Minnesota Usai Pembunuhan | Berita Donald Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa ia tidak akan menghubungi Gubernur Minnesota Tim Walz setelah penembakan akhir pekan yang menewaskan seorang anggota parlemen negara bagian dari Partai Demokrat dan melukai lainnya.

Trump mengutuk aksi tersebut sebagai "kekerasan mengerikan" dalam pernyataannya akhir pekan lalu. Namun, pada Selasa, ia membenarkan kepada wartawan bahwa dia tidak akan menghubungi Walz, yang menjadi wakil pesaingnya dalam pemilu presiden 2024, Kamala Harris.

"Gubernur Minnesota itu sudah kelewat gila. Aku gak bakal telepon dia. Ngapain?" kata Trump kepada wartawan di Air Force One. "Dia gak ngerti apa-apa. Berantakan banget. Bisa aja aku baik dan telepon, tapi buang-buang waktu aja."

Walz sendiri mengaku tidak terkejut dengan sikap Trump. Namun, ia menegaskan bahwa dirinya telah berbicara dengan Wakil Presiden JD Vance.

"Aku selalu terbuka kalau ada yang mau menunjukkan apresiasi. Wakil Presiden Vance menjamin, dan dia tepati, bahwa FBI akan bermitra dengan kami untuk menuntaskan ini," ujar Walz. "Itu yang diperlukan."

Tersangka penembakan adalah Vance Boelter, 57 tahun, ayah lima anak yang ditangkap Minggu malam. Dia didakwa atas tuduhan pembunuhan dan penguntitan terkait penembakan dini hari Sabtu, yang menewaskan Melissa Hortman, politisi Demokrat terkemuka di DPRD Minnesota, beserta suaminya, Mark Hortman.

Boelter juga dituduh menembak Senator John Hoffman dan istrinya, Yvette, yang selamat.

Jaksa menyatakan Boelter mendatangi rumah para anggota parlemen dengan mengenakan masker dan rompi anti peluru, berpura-pura sebagai polisi. Dia konon mengetuk pintu keluarga Hoffman sambil mengaku sebagai aparat.

Menurut jaksa, Boelter mengirim pesan ke keluarganya setelah kejadian: "Ayah pergi berperang tadi malam."

Polisi masih menyelidiki motif di balik serangan ini. Namun, mereka menemukan catatan tersangka berisi nama-nama politikus Demokrat dan pendukung hak aborsi.

MEMBACA  Ilmuwan mengatakan banjir di Oman dan UAE 'paling mungkin' terkait dengan perubahan iklim | Berita Krisis Iklim

"Pembunuhan politik itu langka," ujar Joseph Thompson, Jaksa A.S. sementara Minnesota, dalam konferensi pers. "Ini menyentuh inti demokrasi kita."

Pihak berwenang masih memeriksa catatan Boelter namun belum menemukan "manifesto" yang jelas tentang motifnya. Sementara itu, teman-teman Boelter menyebut dia pendukung Trump dan penentang aborsi.

Pembunuhan ini memicu kekhawatiran soal kekerasan politik di AS. Dalam setahun terakhir, Trump sendiri hampir jadi korban percobaan pembunuhan, sementara Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro menghadapi upaya pembakaran di kediamannya.

Menurut Reuters, sejak 6 Januari 2021 hingga Oktober 2024, tercatat lebih dari 300 kasus kekerasan politik di AS.

Pascapenembakan, teori konspirasi yang menyebut pelaku sebagai ideolog kiri beredar, didukung sejumlah anggota Partai Republik.

Boelter pernah menjadi anggota dewan pengembangan tenaga kerja negara bagian di bawah dua gubernur Demokrat, termasuk Walz, yang memicu rumor tersebut. Dia juga pernah menjadi direktur patroli keamanan di sebuah perusahaan yang mengklaim pengalamannya mencakup Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah.

Boelter sempat hadir di pengadilan Senin kemarin tanpa mengajukan pembelaan. Sidang berikutnya dijadwalkan 27 Juni.