Reuters
Truk-truk Program Pangan Dunia (WFP) yang menunggu di perlintasan perbatasan Kerem Shalom antara Israel dan Jalur Gaza pada 26 Mei
Kerumunan warga sipil berdesakan mendekati truk bantuan di Gaza, kata WFP, saat kelaparan dan keputus-asaan menciptakan situasi kacau.
Organisasi kemanusiaan itu menyatakan telah membawa 77 truk berisi tepung ke Gaza semalam hingga Sabtu dini hari.
“Semua truk dihentikan di tengah jalan, dengan makanan diambil terutama oleh orang-orang lapar yang berusaha memberi makan keluarganya,” ujar WFP.
Karena risiko “sangat tinggi” konvoi tak sampai ke gudang, keputusan dibuat untuk membiarkan warga mengambil bantuan jika terjadi kerumunan, jelas juru bicara WFP Abeer Etefa kepada BBC.
Israel melonggarkan blokade bantuan 11 minggu pada 19 Mei, tapi PBB menyebut jumlah yang dikirim pekan lalu hanya memenuhi 10% lebih dari kebutuhan warga.
Kerumunan pada Sabtu adalah warga sipil yang mendapat kabar makanan akan datang, “mereka yang putus asa dan tak bisa menunggu sampai titik distribusi,” kata Etefa.
WFP memilih rute pengiriman bantuan “yang lebih dekat dengan penduduk dan aman, jauh dari geng-geng.”
Pekerja meminta warga hanya ambil satu karung tepung per orang, tapi tak bisa mengontrol siapa mengambil apa sesuai rencana.
“Setelah hampir 80 hari blokade total, orang kelaparan tak akan biarkan truk makanan lewat,” tambah WFP.
Penilaian yang didukung PBB menyebut seluruh populasi Gaza dalam “risiko kritis” kelaparan, dengan Etefa menyatakan dua juta orang “sangat membutuhkan” makanan.
Setelah blokade sedikit dilonggarkan, WFP bisa mendistribusikan truk, tapi “tidak dalam skala yang kami inginkan dan jumlah yang seharusnya sampai agar situasi tenang dan kekacauan terkendali,” katanya.
Israel menyatakan blokade di Gaza untuk menekan Hamas melepaskan sisa sandera, setidaknya 20 di antaranya diperkirakan masih hidup.
Kepala badan pengungsi Palestina PBB mengatakan 900 truk yang masuk ke Gaza pekan lalu “hanya sedikit di atas 10% dari kebutuhan harian warga.”
“Bantuan yang dikirim sekarang seperti mengejek tragedi besar yang terjadi di depan mata kita,” tulis Philippe Lazzarini di X.
Badan militer Israel Cogat menuduh PBB tidak mendistribusikan bantuan yang sudah ada di Gaza, dengan Kemenlu Israel menyebut ratusan truk menunggu.
“Lebih banyak bantuan akan sampai ke orang-orang jika PBB mengumpulkan bantuan yang menunggu di perlintasan,” kata Cogat ke PBB di X pada Jumat.
Kepala regional kantor kemanusiaan PBB, Jonathan Whittall, menyebut tantangan distribusi bantuan karena meningkatnya ketidakamanan di rute, “rute yang tidak sesuai”, “penundaan panjang” izin bergerak, dan “kerumunan putus asa” di jalan.
Secara terpisah, organisasi baru yang didukung AS dan Israel juga mendistribusikan makanan di titik-titik tertentu di Gaza. Israel membuat rencana ini setelah menuduh Hamas mencuri bantuan, yang dibantah kelompok itu.
Yayasan Kemanusiaan Gaza menyatakan telah membagikan dua juta makanan pekan ini, yang belum bisa diverifikasi independen oleh BBC.
Adegan kacau terjadi di lokasi distribusi pekan ini. PBB menolak bekerja sama dengan operasi itu, menyebutnya bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.
**Getty Images**
Warga Palestina yang mengungsi menerima makanan dari organisasi bantuan di Khan Younis pada Jumat
Sementara itu, serangan udara Israel berlanjut. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut dalam sehari terakhir mereka menyerang “puluhan target teror di seluruh Jalur Gaza.”
Kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyatakan 60 orang tewas dalam operasi militer Israel 24 jam terakhir.
Data itu tidak mencakup Governorat Gaza Utara, di mana rumah sakit terakhir ditutup Kamis setelah militer Israel memerintahkan evakuasi.
Christos Georgalas, dokter bedah Yunani yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis hingga 21 Mei, mengatakan pasiennya kebanyakan anak-anak dengan luka pecahan peluru.
“Anak-anak adalah korban utama dalam hal trauma dan malnutrisi,” ujarnya pada Jumat.
Malnutrisi memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi karena luka tetap terbuka lebih lama, jelasnya.
Dia dan staf rumah sakit hanya makan nasi untuk makan siang dan malam, yang disebutnya lebih beruntung dibanding lainnya. Seorang rekan