Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa perdana menteri Thailand dan Kamboja akan menghentikan pertempuran “berlaku efektif malam ini.”
Pengumuman tersebut disampaikan Trump setelah melakukan percakapn telepon dengan kedua pemimpin tersebut, menyusul bentrokan perbatasan mematikan dalam beberapa hari terakhir yang menewaskan sedikitnya 20 orang dan mengakibatkan setengah juta warga mengungsi.
Baik PM Thailand Anutin Charnvirakul maupun rekannya dari Kamboja, Hun Manet, belum memberikan komentar.
Namun, seusai panggilannya dengan Trump sebelumnya, Charnvirakul dalam konferensi pers menyatakan bahwa gencatan senjata hanya akan terwujud jika “Kamboja menghentikan tembakan, menarik pasukannya, serta membersihkan semua ranjau darat yang telah mereka pasang.”
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial Truth Social-nya, Trump menyebut kedua pemimpin “telah sepakat untuk MENGHENTIKAN semua penembakan efektif malam ini, dan kembali pada Perjanjian Perdamaian awal yang dibuat bersamaku.”
“Kedua Negara siap untuk BERDAMAI dan melanjutkan Perdagangan dengan Amerika Serikat.”
Sengketa perbatasan yang berlangsung lama ini memanas pada 24 Juli, ketika Kamboja meluncurkan sebarisan roket ke Thailand, yang kemudian membalas dengan serangan udara.
Setelah berhari-hari pertempuran sengit yang menewaskan puluhan orang, kedua negara tetangga di Asia Tenggara itu menyetujui “gencatan senjata segera dan tanpa syarat” yang difasilitasi oleh Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Sejak itu, ketegangan terus meningkat.
Pekan ini, kekerasan meluas setidaknya ke enam provinsi di Thailand timur laut dan lima provinsi di bagian utara dan barat laut Kamboja.
Kedua negara telah bersengketa mengenai kedaulatan wilayah di sepanjang perbatasan darat mereka sepanjang 800 km selama lebih dari satu abad, sejak batas kedua negara ditetapkan pasca pendudukan Prancis di Kamboja.