Tombak-tombak Papua Baru itu dipresentasikan sebagai barang antik yang dikumpulkan oleh kakek seniman dalam sebuah ekspedisi ke Pasifik tetapi ternyata baru. Perhiasan, yang diiklankan sebagai warisan berharga dari nenek seniman, ternyata plastik. Sebuah karpet mink adalah poliester kelas rendah.
Dan ketiga lukisan Picasso yang menjadi pusat pameran? Semuanya palsu.
Seniman dan kurator, Kirsha Kaechele, mengklaim bahwa dia memalsukan mereka sendiri untuk mencocokkan tema hijau instalasinya.
Tipu daya, yang dirancang oleh Nyonya Kaechele untuk Museum Old and New Art di Hobart, ibu kota negara bagian Australia Tasmania, adalah yang terbaru dalam daftar ulahnya setelah pengadilan Australia memutuskan bahwa pamerannya tidak boleh eksklusif untuk wanita.
Nyonya Kaechele telah membuka pameran “Ladies Lounge” pada tahun 2020 sebagai tempat di mana wanita dapat “mengindulge dalam camilan mewah, minuman fancy, dan kesenangan yang sopan,” dan membatasi masuk hanya untuk wanita. Musim semi ini, Pengadilan Administratif dan Sipil Tasmania menemukan pameran itu diskriminatif terhadap pria. Nyonya Kaechele mengatakan pada saat itu bahwa diskriminasi tersebut adalah bagian dari tujuan.
Setelah putusan itu, Nyonya Kaechele mencari cara-cara untuk mengatasi masalah dan memindahkan bagian-bagian instalasi, termasuk beberapa karya yang dia klaim oleh Pablo Picasso, ke kamar mandi wanita di museum. Tetapi dalam sebuah pos blog di situs web museum pada hari Rabu, Nyonya Kaechele mengatakan bahwa dia telah menerima surat dari Administrasi Picasso di Paris, yang mengelola hak atas karya seniman itu, bertanya tentang karya-karya yang dipamerkan dalam pamerannya. Dia akhirnya mengaku, mengatakan bahwa tidak hanya karya-karya Picasso yang diduga palsu tetapi juga barang-barang lain dalam pameran aslinya.
“Ketika saya mulai memvisualisasikan ‘Ladies Lounge,’ saya tahu itu harus sesumur dan sesumbar mungkin,” tulisnya dalam pos tersebut. “Jika pria harus merasa seberapa mungkin dikecualikan, ‘Lounge’ harus menampilkan karya seni yang paling penting di dunia — yang terbaik.”
Nyonya Kaechele tahu “mereka harus menjadi Picassos,” tulisnya, dan mulai melukis imitasi sendiri. Tiga tahun kemudian, tidak ada yang menemukan skemanya, sampai seorang reporter dari The Guardian dan Administrasi Picasso mempertanyakan keaslian karya tersebut. Dalam pos blognya, Nyonya Kaechele meminta maaf dalam bahasa Prancis dan mengatakan bahwa dia sangat menghormati Picasso.
Kelompok Picasso tidak segera merespons permintaan komentar.
“Saga gila dan magis ini telah mengubah saya,” tulis Nyonya Kaechele. “Saya terpesona oleh kekuatan transformatif seni. Itu telah memperdalam hubungan saya dengan wanita dan membuat saya seorang feminis. Cintaku pada wanita semakin berkobar. Saya mulai sebagai seorang seniman konseptual dan berakhir sebagai seorang aktivis.”
\”