Pasukan Israel telah menewaskan setidaknya 27 warga Palestina dan melukai 90 lainnya setelah membuka tembakan di dekat lokasi distribusi bantuan di Rafah, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Pembunuhan terbaru terjadi dini hari Selasa di Bundaran Bendera, dekat pusat bantuan yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Ini adalah insiden ketiga di sekitar pusat bantuan Rafah dalam beberapa hari terakhir. Otoritas Gaza melaporkan lebih dari 100 pencari bantuan telah tewas sejak GHF yang didukung AS dan Israel mulai beroperasi di Gaza pada 27 Mei, dengan laporan kekerasan, penjarahan, dan kekacauan yang marak.
Militer Israel menyatakan mereka menembak karena “sejumlah tersangka” menyimpang dari rute yang diatur, di mana kerumunan sedang menuju kompleks distribusi GHF.
“Tersangka” tersebut berjarak sekitar 500 meter dari lokasi, menurut pernyataan militer di Telegram, yang juga menyatakan sedang menyelidiki laporan korban jiwa.
Jumlah korban dikonfirmasi oleh Zaher al-Waheidi, kepala departemen pencatatan Kementerian Kesehatan Gaza.
Juru bicara Komite Internasional Palang Merah, Hisham Mhanna, mengatakan 184 orang luka-luka telah dibawa ke rumah sakit lapangan di Rafah, 19 di antaranya dinyatakan meninggal saat tiba, dan delapan lainnya kemudian wafat akibat luka-luka.
Video yang diverifikasi oleh lembaga pemeriksa fakta Al Jazeera, Sanad, menunjukan kedatangan puluhan korban luka di rumah sakit.
Dijebak
Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel melakukan “kejahatan mengerikan yang sengaja diulang”, menyatakan mereka memancing warga Palestina yang kelaparan ke pusat GHF – yang kontroversial dibuka setelah blokade total 11 minggu untuk mengambil alih distribusi bantuan dari PBB dan lembaga lain – lalu menembaki mereka.
Kantor tersebut menyatakan korban jiwa pada Selasa menambah jumlah pencari bantuan yang tewas di lokasi bantuan di Rafah dan Koridor Netzarim sejak GHF beroperasi menjadi 102 orang, dengan 490 lainnya terluka.
PBB pada Senin menuntut investigasi independen atas penembakan massal berulang terhadap pencari bantuan di Gaza.
“Tidak bisa diterima rakyat Palestina mempertaruhkan nyawa untuk makanan,” kata Sekjen Antonio Guterres. “Saya menyerukan penyelidikan segera dan independen serta pertanggungjawaban pelaku.”
“Kami mendengar kesaksian bahwa terjadi kekacauan,” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan pembunuhan Selasa dari Deir el-Balah. “Pasukan Israel menembak secara acak… menggunakan drone dan amunisi tajam.”
Menurut pejabat Kesehatan dan dokter, sebagian besar korban terkena tembakan di dada dan kepala, tambahnya.
Pertumpahan darah terjadi dengan pola serupa seperti dua hari sebelumnya, di tengah kekacauan di sekitar pusat distribusi bantuan.
“Tidak ada prosedur. Tidak ada sistem,” katanya. “Kamu harus berlari duluan untuk dapat makanan.”
‘Bagaimanapun, kami akan mati’
Rasha al-Nahal mengatakan kepada AP bahwa “tembakan datang dari segala arah”, dan ia melihat lebih dari selusin mayat serta beberapa korban luka di jalan.
Saat akhirnya tiba di pusat distribusi, tidak ada bantuan, kata al-Nahal, dan pasukan Israel “menembaki kami saat pulang”.
Saksi lain, Neima al-Aaraj dari Khan Younis, menyebut penembakan itu “serampangan”.
“Saya tak akan kembali,” katanya. “Bagaimanapun, kami akan mati.”
Tim penyelamat Gaza menyatakan tembakan Israel menewaskan setidaknya 10 warga Palestina dan melukai lebih dari 100 orang pada 1 Juni, saat ribuan orang menuju lokasi distribusi bantuan [AFP]
Militer Israel dalam pernyataannya di Telegram mengatakan pasukan menembak peringatan saat orang menyimpang dari “rute yang ditentukan” dan “setelah tersangka tidak mundur, tembakan diarahkan ke beberapa individu yang mendekati pasukan”.
Namun, mereka membantah menembaki warga sipil atau menghalangi akses bantuan.
Pernyataan ini mirip dengan insiden serupa pada Minggu (31 korban) dan Senin (3 korban).