Serangan Israel yang Tegas di Suriah Menyoroti Pentingnya Intervensi untuk Mencegah Genosida

Bagi banyak orang Yahudi, gambar pria Druze yang dicukur kumisnya secara paksa mengingatkan mereka pada memori Holocaust.

Keputusan Israel untuk mengambil tindakan tegas di Suriah guna mencegah serangan terhadap kaum Druze membuktikan bahwa negara-negara bisa bertindak untuk mencegah pembantaian atau genosida.

Setelah kejatuhan rezim Assad, Israel vokal dalam melindungi kaum Druze di Suriah. Israel telah beberapa kali bertindak ketika konflik di Suriah antara kelompok bersenjata dan pejuang Druze berujung pada pembunuhan terhadap Druze.

Serangan terbaru di Damaskus pada Rabu mencakup serangan penting dekat istana kepresidenan dan menarget markas militer.

Selain itu, Israel melancarkan serangan di sekitar Sweida untuk menarget pasukan pemerintah Suriah dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan Druze. Efektivitas operasi ini belum diketahui, namun jelas memaksa pemerintah Suriah mundur, mempertimbangkan gencatan senjata, dan mengisyaratkan kemungkinan menarik diri dari sebagian Sweida.

Ada pelajaran disini. Negara bisa berbuat lebih dari sekadar pernyataan dalam menghadapi genosida dan pembersihan etnis.

Warga Yazidi Irak menghadiri upacara Red Wednesday untuk merayakan Tahun Baru Yazidi di Kuil Lalish, Distrik Shekhan dekat Provinsi Duhok, Irak, 15 April 2025. (kredit: REUTERS/KHALID AL-MOUSILY)

Ini pelajaran bahwa genosida lain bisa dicegah jika negara mau bertindak. Tahun 2014, minoritas Yazidi di Irak mengalami genosida brutal oleh ISIS. ISIS membantai Yazidi di wilayah Sinjar, Irak utara. Setelah merebut kota dan desa mereka pada Agustus 2014, teroris ISIS memisahkan pria, wanita, dan anak-anak Yazidi. Ribuan pria dibunuh, sementara wanitanya dijual sebagai budak. Ini terjadi sementara komunitas internasional hanya berpangku tangan dan mengeluarkan pernyataan tanpa tindakan nyata.

AS akhirnya turun tangan memerangi ISIS dan membentuk koalisi besar melawan kelompok itu. Namun, ini sudah terlambat bagi banyak Yazidi. Mereka justru diselamatkan oleh pasukan Kurdi terkait YPG yang membantu mereka melarikan diri.

MEMBACA  Petunjuk, jawaban NYT untuk 15 Maret

Pembantaian Yazidi tidak terjadi tiba-tiba. ISIS telah menginvasi sebagian besar Irak sejak Juni 2014. Mereka merebut Mosul, kota terbesar kedua di Irak, pada Juni 2014, mengusir Kristen dan minoritas lain. Mereka jugha menawan lebih dari 1.000 kadet militer Syiah di Camp Speicher dan membantai mereka.

ISIS melakukannya terang-terangan, dan banyak gambar beredar ke seluruh dunia. Pendukung ISIS merayakannya di media sosial. Mereka merencanakan pembantaian Yaz