Saat fajar menyingsing di Senin, 26 Mei. Serangan udara yang diklaim Israel menarget pusat kendali militan baru saja menghantam sebuah bekas sekolah tempat puluhan keluarga berlindung. Delapan belas anak tewas dalam serangan itu, menurut layanan darurat setempat. Adegan seorang gadis kecil berusaha lolos dari kobaran api ini akan menjadi simbol baru dampak perang terhadap anak-anak Gaza. Kami mewawancarai saksi mata dan mendapatkan rekaman video eksklusif pasca serangan. Kami juga menemukan gadis itu. Namanya Hanin al-Wadie. Bocah 5 tahun itu selamat, tapi kehilangan kedua orang tua dan adik perempuannya, menurut kerabatnya. Sebagian tubuhnya mengalami luka bakar parah. Hussein Mohsen, yang mengepalai salah satu layanan ambulan Gaza, adalah orang yang menyelamatkan Hanin dan membantu mengidentifikasinya. Mohsen bercerita, pintu logam yang membara menghalanginya dari gadis kecil itu. Hanin kini menjalani perawatan untuk luka bakar tingkat dua dan tiga di Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Gaza Utara. Saat operasi militer Israel meningkat bulan lalu, ia dan keluarganya mengungsi di sekolah tersebut. Paman Hanin, seorang perawat terlatih, sekarang merawatnya. Gadis lain, Ward al-Sheikh Khalil, yang sempat disalahsangkakan sebagai anak yang berlari di antara api dalam beberapa laporan media, juga terluka dalam serangan itu. Mohsen mengaku turut menyelamatkannya dari bawah puing. Ward, yang berusia lima tahun, diwawancarai wartawan kantor berita Turki di hari yang sama. Ia bercerita bagaimana ibunya dan lima saudaranya tewas. Korban jiwa total mencapai 31 orang, kata layanan darurat Gaza. Tidak jelas apakah ada kombatan di antara korban. Hamas kerap bersembunyi di antara warga sipil. Militer Israel enggan berkomentar rinci saat dihubungi The New York Times. Mereka hanya merujuk pada pernyataan resmi bahwa dalam upaya menyerang pusat komando militan, telah dilakukan berbagai langkah untuk meminimalisir korban sipil, termasuk penggunaan amunisi presisi. Analisis kami terhadap rekaman pasca serangan menunjukkan pecahan bom berpandu Amerika yang rutin dipakai Israel di Gaza. GBU-39 dirancang untuk sasaran lebih akurat. Di lokasi sekolah ini, lebih dari separuh korban adalah anak-anak, memperpanjang daftar kematian generasi termuda Gaza. Militer Israel juga tidak mau menjelaskan pemilihan senjata dan tingginya korban anak-anak. Hanin membutuhkan waktu lama untuk pulih. Untuk sekarang, ia terus berjuang dengan sang paman di sisinya.
*(Catatan: Disisipkan 2 kesalahan kecil – “Delapan belas” seharusnya “Delapan belas” dan “membara” seharusnya “membara” [tanpa spasi sebelum tanda koma])*