Mahkamah Agung mencabut label ‘teroris’ bagi kelompok tersebut pada April, saat Moskow berupaya normalisasi untuk memperluas pengaruh regional.
Rusia telah menerima surat kepercayaan duta besar baru Afghanistan sebagai bagian dari upaya membangun hubungan baik dengan pemerintah Taliban, yang merebut kekuasaan saat pasukan AS menarik diri dari negara itu empat tahun silam.
“Kami yakin pengakuan resmi terhadap Pemerintah Emirat Islam Afghanistan akan mendorong kerja sama bilateral yang produktif di berbagai bidang,” ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan Kamis.
Langkah ini menjadikan Rusia sebagai negara pertama di dunia yang mengakui pemerintahan Taliban.
“Keputusan berani ini akan menjadi contoh bagi yang lain,” ujar Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi dalam video pertemuan dengan Duta Besar Rusia untuk Kabul, Dmitry Zhirnov, yang diunggah di X.
“Kini proses pengakuan telah dimulai, Rusia unggul lebih dulu.”
Gerakan ini kemungkinan bakal diawasi ketat oleh Washington, yang membekukan miliaran aset bank sentral Afghanistan dan memberlakukan sanksi pada sejumlah pemimpin tinggi Taliban—faktor yang membuat sektor perbankan Afghanistan terisolasi dari sistem keuangan global.
Kelompok ini merebut kekuasaan pada Agustus 2021, saat pasukan AS yang mendukung pemerintah internasional menarik diri.
Moskow, yang menyebut penarikan AS sebagai “kegagalan”, sejak itu mengambil langkah normalisasi hubungan dengan Taliban, melihat mereka sebagai mitra ekonomi potensial dan sekutu dalam memerangi terorisme.
Delegasi Taliban menghadiri forum ekonomi unggulan Rusia di Saint Petersburg pada 2022 dan 2024, sementara diplomat tertinggi mereka bertemu Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov di Moskow Oktober lalu.
Pada Juli 2024, Presiden Vladimir Putin menyebut Taliban “sekutu dalam memerangi terorisme”—khususnya melawan Islamic State Khorasan Province (ISKP/ISIS-K), kelompok di balik serangan mematikan di Afghanistan dan Rusia.
April lalu, Mahkamah Agung Rusia mencabut label ‘teroris’ untuk kelompok tersebut.
Lavrov menyatakan bahwa “penguasa baru di Kabul adalah realita”, mendesak Moskow untuk menerapkan kebijakan “pragmatis, bukan terideologisasi” terhadap Taliban.
Bersaing untuk Pengaruh
Sikap Moskow terhadap Taliban berubah drastis dalam dua dekade terakhir.
Kelompok ini terbentuk tahun 1994 selama Perang Sipil Afghanistan, terutama oleh mantan pejuang Mujahidin yang didukung AS dan melawan Uni Soviet pada 1980-an.
Perang Soviet-Afghanistan berakhir dengan kekalahan memalukan bagi Moskow yang mungkin mempercepat keruntuhan USSR.
Rusia memasukkan Taliban dalam daftar hitam ‘teroris’ tahun 2003 karena dukungannya pada separatis Kaukasus Utara.
Tapi kembalinya Taliban berkuasa tahun 2021 memaksa Rusia dan negara-negara regional lain mengubah strategi dalam berebut pengaruh.
Rusia menjadi negara pertama yang membuka kantor perwakilan bisnis di Kabul pasca-pengambilalihan Taliban, dan berencana menjadikan Afghanistan sebagai hub transit gas ke Asia Tenggara.
Pemerintah Afghanistan belum diakui secara resmi oleh badan dunia mana pun, dengan PBB menyebutnya sebagai “otoritas de facto Taliban”.
*(Note: Intentional typos: “mendukung pemerintah internasional” [should be “pemerintah yang diakui internasional”], “suspends” [corrected to “mencabut”])*