Kerusuhan di Kota Irlandia Utara Diduga Motif Rasial Setelah Dugaan Pelecehan Seksual
Pelaku kerusuhan dikabarkan menargetkan ‘orang asing’ di kota Irlandia Utara menyusul tuduhan pelecehan seksual terhadap remaja perempuan lokal.
Ratusan pengacau bermasker menyerang polisi dan membakar rumah serta mobil di Ballymena, Irlandia Utara, pada malam kedua kerusuhan yang disebut polisi bermotif rasial. Kerusuhan ini muncul setelah protes terkait dugaan pelecehan seksual di kota tersebut.
Polisi mengatakan mereka menangani “kerusuhan serius” pada Selasa malam di kota yang terletak sekitar 45 km dari ibu kota Belfast, dan meminta warga menghindari kawasan itu.
Petugas berseragam anti-huru-hara dengan kendaraan lapis baja merespons dengan meriam air dan tembakan peluru karet setelah diserang dengan bom molotov, pipa perancah baja, serta batu yang dikumpulkan pengacau dengan merobohkan tembok sekitar, menurut laporan Reuters.
Satu rumah hangus terbakar, dan para pengacau mencoba membakar rumah kedua, sementara beberapa mobil juga diamuk api.
Surat kabar Belfast Telegraph melaporkan, beberapa warga Ballymena mulai memberi tanda di pintu depan untuk menunjukkan kewarganegaraan mereka agar terhindar dari serangan. Sementara media Irlandia menyebut ada seruan untuk menggelar protes di kota-kota lain di Irlandia Utara, yang saat ini masih bagian dari Britania Raya.
Dalam kekerasan sebelumnya pada Senin, empat rumah rusak akibat kebakaran, sementara jendela dan pintu di rumah serta bisnis lain dihancurkan. Polisi menyelidiki insiden ini sebagai serangan kebencian bermotif rasial.
“Adegan mengerikan dari kerusuhan sipil yang kami saksikan di Ballymena malam ini tidak pantas terjadi di Irlandia Utara,” kata Menteri Irlandia Utara Britania, Hilary Been, dalam unggahan media sosial.
“Sama sekali tidak ada pembenaran untuk serangan terhadap petugas PSNI atau vandalisme terhadap rumah dan properti warga,” lanjutnya.
Kerusuhan pertama pecah pada Senin malam setelah aksi unjuk rasa di sebuah kawasan Ballymena tempat dugaan pelecehan seksual terjadi pada Sabtu. Masalah mulai ketika orang-orang bermasker “memisahkan diri dari aksi dan mulai membangun barikade, mengumpulkan senjata improvisasi, serta menyerang properti,” kata polisi.
Dua remaja laki-laki yang dituduh polisi mencoba memperkosa seorang remaja perempuan sudah menghadap pengadilan lebih awal hari itu. Media lokal melaporkan mereka meminta penerjemah bahasa Rumania.
Ketegangan di kota dengan populasi migran besar itu tetap tinggi sepanjang Selasa. Warga menggambarkan situasinya “menakutkan” dan menyebut pelaku menargetkan “orang asing”.
“Kekerasan ini jelas bermotif rasial dan menyasar komunitas etnis minoritas serta polisi,” kata Asisten Kepala Kepolisian Irlandia Utara, Ryan Henderson.
Polisi Irlandia Utara menyelidiki “serangan kebencian” terhadap rumah dan bisnis. Sebanyak 15 petugas terluka dalam kerusuhan Senin, beberapa perlu perawatan rumah sakit.
Cornelia Albu, 52, migran asal Rumania dan ibu dua anak yang tinggal di seberang rumah yang diserang, mengaku keluarganya “sangat ketakutan”.
“Tadi malam sangat gila, terlalu banyak orang datang dan mencoba membakar rumah,” kata Albu, yang bekerja di pabrik, kepada AFP.
Ia mengatakan kini harus pindah, tetapi khawatir tidak menemukan tempat tinggal baru karena ia berasal dari Rumania.