Sebanyak 76 warga Ghana yang menjadi korban perdagangan orang ke Nigeria melalui skema rekrutmen palsu telah diselamatkan, menurut kepolisian Ghana.
Korban, kebanyakan pria muda, diiming-imingi kontrak sepakbola dengan tim luar negeri ternama, penempatan kerja di luar negeri, atau bantuan pengurusan visa.
Setiba di Nigeria, dokumen perjalanan dan ponsel mereka disita, lalu ditempatkan di kamar-kamar padat dengan kondisi buruk, kata polisi.
Mereka dipaksa menghubungi keluarga untuk meminta sekitar $1.000 (Rp14,7 juta) dengan dalih biaya pelatihan atau fasilitasi. Pelaku juga diduga memanfaatkan kontak ponsel korban untuk menipu kerabat dan teman-temannya.
Tujuh tersangka warga Ghana telah ditangkap terkait kasus ini.
Kepala Departemen Penyidikan Kriminal (CID) Ghana, Lydia Yaako Donkor, menyatakan dalam konferensi pers bahwa operasi penyelamatan dilakukan bekerja sama dengan Interpol dan aparat Nigeria.
Korban diselamatkan dari berbagai negara bagian Nigeria antara 19 Mei hingga 27 Juni tahun ini dan masih menunggu repatriasi untuk bertemu keluarga di Ghana.
Kepala CID mengingatkan keluarga untuk memverifikasi tawaran kerja atau pendidikan di luar negeri sebelum menerimanya.
Begitu korban terperangkap, kata dia, mereka biasanya diperintahkan bepergian via darat ke negara asing yang tak dikenal.
Kemudian, mereka dipindahkan ke “kamp penampungan”—ruangan sewaan yang dihuni paksa hingga 40 orang dalam kondisi tidak layak. Di bawah tekanan, mereka dipaksa merekrut orang lain, bahkan menipu keluarga sendiri, ujar Donkor.
“Dampak psikologis dan ekonomi pada korban serta keluarganya sangat menghancurkan,” katanya, menambahkan bahwa banyak korban “sangat kekurangan gizi dan trauma psikologis” hingga sulit kembali ke hidup normal.
QNET, perusahaan pemasaran gaya hidup global yang diduga terkait skema ini, telah dilarang beroperasi di Ghana sejak 2022 karena kasus skema Ponzi.
Perusahaan itu telah berulang kali membantah keterlibatan dalam aktivitas penipuan.
Kasus penipuan lewat janji palsu dan keterlibatan dalam penipuan daring bukan hal baru di Ghana dan Nigeria.
Polisi mengatakan upaya untuk menangkap seluruh pelaku masih terus dilakukan.