Negara yang terpukul mengheningkan cipta sejenak, para pelayat memadati alun-alun pusat di Graz di mana 10 orang tewas ditembak di sebuah sekolah lokal.
Polisi Austria yang menyelidiki penembakan massal di sekolah di kota Graz pekan ini mengatakan mereka menemukan rencana serangan bom yang dibuang di rumah tersangka, sementara negara yang berduka itu memulai tiga hari berkabung nasional.
Penyelidik mengatakan pada Rabu bahwa mereka menemukan rencana bom yang tidak digunakan, bom pipa tidak aktif, serta surat dan video perpisahan saat menggeledah rumah tersangka yang tewas—pelaku yang menembak mati 10 orang saat mengamuk di SMA BORG Dreierschützengasse sehari sebelumnya, sebelum bunuh diri di toilet sekolah.
Polisi menyatakan pelaku berusia 21 tahun, mantan murid sekolah itu, bertindak sendirian. Surat perpisahannya tidak menyebut motif serangan. Media Austria melaporkan tersangka pernah di-bully di sekolah, tapi polisi belum mengonfirmasi hal tersebut.
Penembakan ini menewaskan sembilan siswa—enam perempuan dan tiga laki-laki berusia 14-17 tahun (satu di antaranya berkewarganegaraan Polandia)—serta seorang guru. Sebanyak 11 orang luka-luka.
Austria berhenti sejenak pukul 10.00 (08.00 GMT) pada Rabu—tepat waktu tragedi sehari sebelumnya—untuk mengenang korban. Akan ada momen hening selama satu menit di hari pertama berkabung nasional setelah serangan paling mematikan di negara itu sejak Perang Dunia II.
Di Wina, Katedral St. Stephen membunyikan lonceng, transportasi umum berhenti, dan penyiar ORF memutus siaran radio/TV—hanya menayangkan lilin dan pesan bahwa negara sedang berduka.
Di Graz, kota terbesar kedua Austria dekat tempat pelaku tinggal bersama ibunya, ratusan orang memadati alun-alun utama. Mereka meletakkan lilin dan bunga di depan balai kota, memperbesar memorial untuk korban.
‘Seperti Mimpi’
Pelaku, yang belum diidentifikasi resmi, tidak menyelesaikan pendidikannnya di sekolah tersebut menurut otoritas.
“Ini surreall, tidak bisa dijelaskan atau dipahami,” kata Ennio Resnik, siswa sekolah itu, kepada wartawan di luar pusat konseling untuk murid-murid.
Beberapa siswa menangis, sementara yang lain saling berpelukan.
Franz Ruf, Dirjen Keamanan Publik, mengatakan investigasi motif berlangsung cepat. “Kami tak mau berasumsi saat ini,” ujarnya kepada ORF.
Polisi menyatakan pelaku menggunakan dua senjata legal: senapan dan pistol.
Hingga Rabu pagi, rumah sakit di Graz menyatakan semua korban dalam kondisi stabil.
Sembilan masih di ICU—satu membutuhkan operasi wajah, satu lagi operasi lutut—sementara dua lainnya sudah dipindah ke ruang biasa.
Polisi menyatakan tidak ada yang kritis di antara korban luka, yang terdiri dari dua warga Rumania dan seorang Iran berusia 15-26 tahun.