Perdana Menteri Jepang Ishiba Bertekad Tetap Memimpin Meski Kalah dalam Pemilu

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba Bantah Rencana Mundur Setelah Kekalahan Pilpres

Shigeru Ishiba menegaskan keinginannya untuk memastikan kesepakatan tarif baru dengan AS diimplementasikan dengan baik.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba membantah laporan yang menyatakan dirinya berencana mengundurkan diri setelah kekalahan bersejarah yang dialami Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam pemilu akhir pekan lalu. Ia menekankan komitmennya untuk memastikan kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat terlaksana sesuai rencana.

Surat kabar The Yomiuri Shimbun dalam edisi tambahan Rabu melaporkan bahwa Ishiba memutuskan mengumumkan pengunduran dirinya sebelum akhir Juli setelah menerima laporan detail dari negosiator utama perdagangan, Ryosei Akazawa. Langkah ini dianggap membuka jalan bagi pemilihan pemimpin baru partai.

Menanggapi rumor mundur bulan ini, Ishiba (68) membantah dengan tegas: “Saya sama sekali tidak pernah menyatakan hal itu… Laporan media sama sekali tidak berdasar.”

Isu ini muncul setelah Ishiba dan Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan yang memangkas tarif impor mobil Jepang dan membebaskan Tokyo dari kenaikan pajak barang lain.

Sebelumnya, Ishiba menyatakan niatnya tetap memimpin untuk menangani tantangan mendesak, termasuk negosiasi tarif dengan AS, tanpa menciptakan kekosongan politik. Namun, tekanan dari dalam dan luar partai mendesaknya segera mundur menyusul hasil pemilu.

Tekanan mundur semakin kuat setelah LDP dan mitra koalisinya, Komeito, kehilangan mayoritas di majelis tinggi yang beranggotakan 248 orang—langkah yang menggoyang stabilitas politik Jepang.

LDP hampir terus-menerus berkuasa sejak 1955, tiga tahun setelah pendudukan AS usai. Kekalahan ini memperparah instabilitas politik karena koalisi pemerintahan juga kehilangan mayoritas di parlemen.

Ishiba menyambut baik kesepakatan tarif yang menurunkan pajak impor mobil Jepang ke AS dari 25% menjadi 15%, menyebutnya hasil negosiasi sulit untuk melindungi kepentingan nasional. Namun, beberapa analis seperti Seijiro Takeshita dari Universitas Shizuoka menilai kesepakatan ini “sama sekali tidak menguntungkan.”

MEMBACA  Darurat Dideklarasikan di Provinsi Barat Panama Usai Protes Pensiun yang Memakan Korban | Berita Protes

Dalam pemilu, ketidakpuasan terhadap kenaikan harga dan prioritas pemerintah pada lansia mendorong pemilih muda beralih ke partai populis kanan seperti Democratic Party for the People dan Sanseito.

Jika Ishiba mundur dalam waktu dekat, LDP akan menghadapi pertarungan suksesi sambil berhadapan dengan tantangan partai baru. Skandal pendanaan LDP juga menambah ketidakpuasan publik.

“Saya harap Jepang membaik, tapi populasi menurun dan hidup semakin sulit,” kata Naomi Omura (80) dari Hiroshima. Ia kecewa Jepang tak lebih tegas terhadap AS, tetapi mengapresiasi penurunan tarif.

Partai oposisi belum berminat membentuk aliansi penuh dengan koalisi pemerintah, namun terbuka untuk kerja sama kebijakan.