Pemakaman Presiden Namibia yang Meninggal Hage Geingob di Tengah Lonjakan Patriotisme

Sebuah kerumunan besar menghadiri pemakaman negara Presiden Namibia Hage Geingob setelah kematiannya pada usia 82 tahun akibat kanker. Mr Geingob dimakamkan di sebuah mausoleum di Heroes’ Acre di pinggiran ibu kota, Windhoek, sambil para penyembah memberikan penghormatan kepada seorang pria yang mereka puji sebagai pembangun bangsa dan pahlawan pan-Afrika. Istrinya, Monica Geingos, menangis saat peti matinya diturunkan ke liang kuburnya. Pemakaman Mr Geingob menandai akhir dari tiga minggu berkabung. Mr Geingob meninggal di rumah sakit pada 4 Februari, dengan Wakil Presiden, Nangolo Mbumba, dilantik sebagai penggantinya segera setelah itu. Kematian beliau menyebabkan lonjakan patriotisme, dengan rakyat Namibia dari berbagai belah politik bersatu untuk berkabung. Ribuan orang – banyak yang membawa bendera Namibia dan mengenakan warna nasional – berjejer di jalan saat peti matinya dikawal melintasi jalan-jalan Windhoek pada Jumat dan Sabtu. Jenazahnya dipamerkan di Stadion Kemerdekaan, sebelum dibawa pada hari Minggu, dalam sebuah kereta berpeluru, ke Heroes’ Acre. Layar besar dipasang agar publik bisa melihat pemakamannya. Militer memberikan salam 21 tembakan kepada Mr Geingob sementara pesawat tempur K-8 terbang melewati. Ini merupakan kali pertama Namibia mengubur seorang presiden sejak kemerdekaannya dari Afrika Selatan, yang saat itu di bawah pemerintahan minoritas kulit putih, pada tahun 1990. Mr Mbumba, yang dijelaskan sebagai penangis utama, mengatakan bahwa Mr Geingob teguh dalam komitmennya pada negara. “Dampak Anda pada kami sangat besar, jejak Anda di negara ini sangat besar. Anda meninggalkan negara kita dalam keadaan yang lebih baik,” katanya. Dua pendahulu Mr Geingob, Sam Nujoma dan Hifikepunye Pohamba, menghadiri pemakamannya, beserta hampir 20 kepala negara dan pemerintahan lainnya. Hage Geingob menjabat sebagai presiden Namibia dari tahun 2015 hingga kematiannya pada 4 Februari. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier termasuk di antara tokoh-tokoh terhormat yang berbicara di peringatan Mr Geingob pada hari Sabtu. Surat kabar Namibia yang dimiliki secara pribadi mengutipnya mengatakan bahwa Jerman seharusnya meminta maaf atas kekejaman yang dilakukannya di Namibia selama pemerintahan kolonial. “Saya percaya saatnya untuk meminta maaf kepada Namibia. Satu-satunya penyesalan saya adalah bahwa Geingob tidak akan ada di sana untuk menyelesaikan proses yang dia mulai,” dikutip dari pernyataan Mr Steinmeier. Namibia berada di bawah pemerintahan kolonial Jerman dari 1884 hingga Perang Dunia I. Pada tahun 2021, Jerman mengakui melakukan genosida di sana. Penjajah Jerman membantai lebih dari 70.000 orang Herero dan Nama antara tahun 1904 dan 1908, dalam apa yang sejarawan anggap sebagai genosida pertama abad ke-20. Mr Geingob pertama kali terpilih sebagai presiden Namibia pada tahun 2015, dan telah terlibat dalam pembicaraan dengan Jerman untuk mendapatkan reparasi. Beliau seharusnya mengundurkan diri akhir tahun ini, setelah dua masa jabatannya berakhir.

MEMBACA  Jurnalis Palestina yang meliput perang Gaza memenangkan hadiah kebebasan pers UNESCO | Berita Perang Israel di Gaza