André Rhoden-Paul
BBC News
Reuters
Serangan terhadap rumah sakit Nasser telah memicu kemarahan internasional
PBB menyatakan “harus ada keadilan” menyusul serangan ganda Israel terhadap sebuah rumah sakit di Gaza yang menewaskan setidaknya 20 orang, sementara penyelidikan awal militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan “kamera yang dipasang oleh Hamas”.
Kecaman terhadap serangan ini, yang korbannya mencakup lima jurnalis dan empat pekerja kesehatan, terus bermunculan. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggambarkan serangan ini sebagai “sama sekali tak dapat dibenarkan”.
Pada Selasa sore, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) merilis penyelidikan awal mereka, yang mengidentifikasi beberapa “celah” yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
Hal ini terjadi bersamaan dengan diluncurkannya unjuk rasa sehari secara nasional oleh warga Israel yang menyerukan pemerintah mereka untuk menerima kesepakatan pembebasan sandera.
Serangan pada Senin di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis diawali dengan serangan pertama yang menewaskan setidaknya satu orang, disusul serangan kedua di lokasi yang sama sekitar 10 menit kemudian yang mengenai para jurnalis dan tim penyelamat yang tengah melakuakan evakuasi.
Setidaknya 20 orang tewas, termasuk empat pekerja kesehatan dan lima jurnalis yang bekerja untuk sejumlah outlet media internasional, seperti Associated Press, Reuters, Al Jazeera, dan Middle East Eye.
“Ini merupakan sebuah kejutan dan sangat tak dapat diterima,” ujar Juru Bicara Kantor HAM PBB, Thameen al-Kheetan, pada Selasa. “Ini memunculkan banyak, banyak pertanyaan mengenai penargetan terhadap jurnalis dan semua insiden ini mutlak harus diselidiki serta para pihak yang bertanggung jawab harus dipertanggungjawabkan.”
Berbicara mengenai penyelidikan Israel sebelumnya atas kematian di Gaza, ia menambahkan, “Penyelidikan-penyelidikan ini harus membuahkan hasil. Harus ada keadilan. Kami belum melihat hasil atau langkah-langkah pertanggungjawaban tersebut.”
Dalam pernyataannya, IDF menyatakan mereka mengidentifikasi sebuah kamera yang dipasang oleh Hamas di area rumah sakit “yang digunakan untuk mengamati aktivitas pasukan IDF”.
“Pasukan beroperasi untuk menghilangkan ancaman tersebut dengan menyerang dan membongkar kamera,” bunyi pernyataan itu. Mereka menyatakan bahwa enam dari yang tewas adalah “teroris”. Seorang juru bicara militer kemudian mengatakan bahwa jurnalis yang bekerja untuk Reuters dan Associated Press bukan merupakan target.
Laporan IDF tampak seperti pergeseran nada dari pernyataan Perdana Menteri Netanyahu pada Senin malam, yang menyifatkan insiden tersebut sebagai “kecelakaan tragis”.
Namun, IDF tidak menjelaskan alasan serangan kedua dilancarkan beberapa menit setelah yang pertama. Mereka justru menyatakan bahwa investigasi lebih lanjut diperlukan mengenai proses otorisasi, termasuk amunisi yang digunakan dan “proses pengambilan keputusan militer di lapangan”.
Israel telah berulang kali menargetkan rumah sakit-rumah sakit di Gaza sepanjang perang, meskipun perlindungan yang mereka terima menurut hukum internasional, dengan dalih bahwa fasilitas medis tersebut digunakan oleh Hamas.
Di Israel, para pengunjuk rasa memblokir jalan raya dengan membakar ban serta menggelar unjuk rasa di Tel Aviv dan kota-kota lain untuk mendesak pemerintah mereka menyetujui kesepakatan gencatan senjata guna mengembalikan sandera-sandera yang masih ditahan Hamas dan mengakhiri perang.
EPA
Para pengunjuk rasa Israel di depan ban terbakar di jalan utama Petah Tikva
Pemerintah Israel sejauh ini telah menolak proposal gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas, meskipun sebelumnya mereka telah menandatanganinya.
Netanyahu menyatakan bahwa pemerintah sekarang menginginkan kesepakatan berbeda yang akan membebaskan semua sandera dalam satu pertukaran.
Israel meyakini bahwa hanya 20 dari 50 sandera yang ditahan Hamas di Gaza yang masih hidup setelah 22 bulan perang.
“Israel sedang berdiri melawan Netanyahu dan rezimnya,” ujar Yehuda Cohen, ayah dari Nimrod Cohen, yang disandera dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. “Hari lagi untuk berunjuk rasa, hari lagi untuk memastikan isu sandera tetap menjadi prioritas tinggi. Hari lagi untuk menekan Netanyahu dan memaksanya mengakhiri perang dan mendapatkan kesepakatan sandera.”
Di Yerusalem, ratusan demonstran berkumpul di luar kantor perdana menteri tempat pertemuan kabinet keamanan sedang berlangsung.
Qatar, salah satu pihak yang terlibat dalam pembicaraan gencatan senjata, menyatakan bahwa para mediator masih “menunggu jawaban” dari Israel atas proposal terbaru.
“Tanggung jawab sekarang berada di pihak Israel untuk menanggapi tawaran yang ada di atas meja. Selain dari itu adalah pencitraan politik belaka,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Majed al-Ansari.
Anadolu via Getty Images
Warga Palestina mengungsi dari Gaza utara pada hari Selasa
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dijalankan Hamas menyatakan pada Selasa bahwa jenazah 75 warga Palestina telah tiba di fasilitas mereka dalam 24 jam terakhir.
Israel telah mengungkapkan rencana bagi pasukannya untuk mengambil alih kendali atas Kota Gaza, meskipun terdapat penentangan internasional dan domestik yang luas.
Menteri Pertahanan Israel menyatakan bahwa Kota Gaza akan dihancurkan jika Hamas tidak setuju untuk melucuti senjata dan melepaskan semua sandera.
Sebuah lembaga yang didukung PBB telah mengonfirmasi bahwa kelaparan sedang terjadi di Kota Gaza dan area sekitarnya. The Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menyatakan bahwa lebih dari setengah juta orang di seluruh Gaza menghadapi kondisi “katastrofik” yang dicirikan oleh “kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian”.
Laporan itu dicap sebagai “kebohongan belaka” oleh Israel, yang telah menyangkal adanya kelaparan di wilayah tersebut.
Militer Israel meluncurkan kampanye di Gaza sebagai respons atas serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Setidaknya 62.819 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan setempat.
Sebagian besar populasi Gaza juga telah mengungsi berkali-kali; lebih dari 90% rumah diperkirakan rusak atau hancur; serta sistem kesehatan, air, sanitasi, dan kebersihan telah kolaps.