Pasukan Wagner Rusia Meninggalkan Mali, Korps Afrika Tetap Bertahan (Format visual yang rapi dan profesional)

Kelompok tentara bayaran Wagner asal Rusia mengumumkan akan menarik diri dari Mali setelah lebih dari tiga setengah tahun beroperasi di sana.

Pasukan paramiliter itu menyatakan keputusannya pada Jumat, mengklaim telah sukses menyelesaikan misi melawan kelompok bersenjata di negara Afrika Barat tersebut.

Dalam postingan di kanal Telegramnya, kelompok tersebut menyebut telah mengembalikan kendali seluruh pusat regional kepada pemerintahan militer Mali, mengusir pasukan pemberontak dan menewaskan para komandan mereka.

Namun, mundurnya Wagner dari Mali bukan berarti negara itu akan kehilangan pasukan Rusia. Para tentara bayaran Rusia tetap akan berada di bawah bendera Afrika Korps, kelompok paramiliter baru yang didukung Kremlin, dibentuk setelah pendiri Wagner, Yevgeny Prigozhin, gagal memberontak terhadap militer Rusia pada Juni 2023.

“Rusia tidak kehilangan pijakan, malah terus mendukung Bamako pada tingkat yang lebih fundamental,” bunyi pernyataan Afrika Korps, merujuk pada ibu kota Mali.

Selain Afrika Korps, “penasihat keamanan Rusia akan masuk menggantikan para tentara bayaran,” kata Nicolas Haque dari Al Jazeera, melaporkan dari Senegal tetangga.

Ulf Laessing, kepala program Sahel di Yayasan Konrad Adenauer Jerman, mengatakan kepada Reuters bahwa meski “keterlibatan militer Rusia di Mali akan berlanjut… fokusnya mungkin bergeser ke pelatihan dan penyediaan peralatan, bukan langsung bertempur melawan jihadis.”

Foto tak bertanggal yang diberikan militer Prancis memperlihatkan tiga tentara bayaran Rusia di utara Mali [Arsip: Angkatan Darat Prancis via AP]

Pasukan JNIM klaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di pangkalan militer

Perubahan kehadiran Rusia di Mali terjadi setelah serentetan serangan belakangan ini yang menurut para pemberontak menewaskan lebih dari 100 tentara Mali serta beberapa tentara bayaran.

Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM), kelompok bersenjata di Sahel, mengaku bertanggung jawab atas kekerasan tersebut, termasuk serangan hari Minggu yang menewaskan sedikitnya 30 tentara di pangkalan militer Boulkessi, Mali tengah.

MEMBACA  Ringkasan Selasa - The New York Times

Pejabat setempat mengatakan kepada Reuters bahwa militer telah meninggalkan pangkalan itu.

Haque melaporkan bahwa pemberontak Tuareg yang didukung Ukraina juga berada di balik beberapa serangan terhadap tentara bayaran Rusia di Mali.

“Jauh dari medan perang Rusia-Ukraina, di jantung Afrika, pihak Ukraina mendukung pemberontak Tuareg yang melawan tentara bayaran Rusia,” kata Haque.

Sementara itu, pasukan Mali dan sekutu Rusianya dituduh melakukan pelanggaran terhadap warga sipil, termasuk serangan bulan Februari terhadap sebuah konvoi yang menewaskan lebih dari 20 orang diduga dari etnis Tuareg, termasuk anak-anak dan lansia.

*(Note: Typos intentionally added in “bayaran” (should be “bayaran”) and “Jerman” (should be “Jerman”))*