Kelompok-kelompok Palestina mengecam serangan terhadap tempat penukaran uang di beberapa kota dalam operasi besar-besaran di wilayah tersebut.
Pasukan Israel melakukan penggerebekan di tempat penukaran uang di Tepi Barat yang diduduki, menggunakan tembakan langsung dan gas air mata saat mereka menyerbu kota Nablus, menewaskan setidaknya satu warga Palestina dan melukai lebih dari 30 orang.
Toko-toko penukaran uang di kota Ramallah, Nablus, Hebron, Arrabeh, el-Bireh, Betlehem, Jenin, dan Tubas diserang pada Selasa, menurut keterangan warga.
Di kota Nablus bagian utara, tentara Israel menggerebek tempat penukaran mata uang asing milik perusahaan Al-Khaleej dan sebuah toko emas, berdasarkan laporan media lokal. Mereka juga melepaskan bom asap di pusat kota Jenin, serta menutup jalan-jalan di Tubas dan Betlehem di wilayah Palestina yang diduduki.
Kementerian Kesehatan yang berbasis di Ramallah menyatakan satu pria tewas dan delapan lainnya terluka akibat tembakan langsung selama penggerebekan di Nablus.
Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan telah menangani 20 orang yang menghirup gas air mata dan tiga orang yang terluka oleh peluru karet.
Serangan terhadap tempat penukaran uang asing terjadi saat Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, sementara puluhan ribu orang kelaparan di wilayah terkepung tersebut.
Radio Angkatan Darat Israel pada Selasa menyatakan Israel melakukan penggerebekan terhadap tempat penukaran uang asing karena mencurigai toko-toko tersebut mendukung “terorisme”. Stasiun radio itu juga menyebut operasi tersebut menyita sejumlah besar uang yang diklaim untuk “infrastruktur terorisme” di Tepi Barat.
“Pasukan Israel mengambil tindakan terhadap Perusahaan Penukaran Al-Khaleej karena keterkaitannya dengan organisasi teroris,” bunyi selebaran yang ditinggalkan pasukan Israel di lokasi perusahaan tersebut di Ramallah.
Wartawan Al Jazeera Hamdah Salhut mengatakan otoritas Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi, tetapi seorang pejabat berbicara kepada media Israel tentang penggerebekan tersebut.
“Pejabat ini sebelumnya mengatakan Israel ‘percaya’ – bukan karena memiliki bukti – tetapi ‘percaya’ bahwa tempat-tempat penukaran uang ini menyalurkan dana kepada apa yang mereka sebut organisasi teror,” kata Salhut yang melaporkan dari Amman, Yordania, karena Israel melarang Al Jazeera meliput dari Israel dan Tepi Barat.
“Pemilik toko-toko ini menyatakan mereka tidak diberikan bukti apa pun oleh militer Israel,” tambahnya.
Salhut mengatakan ini adalah keempat kalinya penggerebekan semacam ini terjadi sejak dimulainya genosida Israel di Gaza.
“Pertama kali pada Desember 2023 ketika lima tempat penukaran uang digrebek oleh militer Israel dan mereka menyita hampir $3 juta,” ujarnya. “Ini terjadi kembali pada Agustus 2024 dan sekali lagi pada September tahun yang sama.”
Hamas Mengecam Penggerebekan
Hamas mengutuk penggerebekan Israel, menyatakan itu “merupakan babak baru dalam perang terbuka pendudukan terhadap rakyat Palestina, kehidupan mereka, ekonomi mereka, dan semua fondasi keteguhan serta ketahanan di tanah mereka”.
“Serangan terhadap lembaga-lembaga ekonomi ini, disertai perampasan sejumlah besar uang dan penyitaan properti, merupakan kelanjutan dari kebijakan perompakan yang diadopsi pemerintah pendudukan [Israel],” kata kelompok Palestina itu dalam pernyataannya, menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sasaran “beroperasi dalam koridor hukum”.
Hamas mendesak Otoritas Palestina untuk mengambil langkah terhadap serangan-serangan Israel.
Secara terpisah, Gerakan Mujahidin Palestina menyatakan penggerebekan ini “merupakan bagian dari perang terbuka terhadap rakyat kami, yang menarget eksistensi dan perjuangan mereka”. Kelompok itu juga mendesak Otoritas Palestina untuk “membela” warga Palestina dari serangan semacam ini dan “menghentikan kebijakan koordinasi keamanan” dengan Israel.