Pakistan telah mengumumkan rencana mereka untuk menominasikan Presiden Amerika Donald Trump sebagai calon penerima Nobel Perdamaian, dengan alasan peran yang diklaim Islamabad dalam membantu merundingkan gencatan senjata bulan lalu antara India dan Pakistan.
Di platform X, pemerintah Pakistan menyatakan Trump layak menerima penghargaan tersebut "sebagai pengakuan atas intervensi diplomatiknya yang tegas dan kepemimpinan krusial selama krisis India-Pakistan baru-baru ini."
India membantah klaim bahwa AS bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri konflik bulan lalu, dan menegaskan tidak menginginkan campur tangan diplomatik dari pihak ketiga.
Trump sendiri sering menyatakan bahwa ia pantas menerima Nobel Perdamaian, yang pemenangnya tahun ini akan diumumkan pada Oktober.
Pada Mei lalu, Trump secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata antara India dan Pakistan setelah empat hari pertempuran antara dua negara bertetangga yang memiliki senjata nuklir ini.
Pemerintah Pakistan dalam pernyataannya awal Sabtu menyebut, "Presiden Trump menunjukkan kearifan strategis dan kepemimpnan negarawan yang luar biasa melalui keterlibatan diplomatik yang kuat dengan Islamabad dan New Delhi, sehingga meredakan situasi yang memburuk dengan cepat."
"Intervensi ini membuktikan perannya sebagai pembawa perdamaian sejati," tambah mereka.
Belum ada tanggapan langsung dari Washington maupun New Delhi.
Trump berulang kali menyatakan bahwa India dan Pakistan mengakhiri konflik setelah gencatan senjata yang difasilitasi AS, serta ia menggunakan perdagangan sebagai alat untuk membuat mereka setuju.
Pakistan mendukung pernyataan AS soal peran mereka dalam gencatan senjata, tapi India membantahnya.
Bulan lalu, Trump mengaku memberi tahu India dan Pakistan bahwa gencatan senjata diperlukan agar mereka tetap bisa berdagang dengan AS.
"Aku bilang, ‘Ayo, kita akan banyak berdagang dengan kalian [India dan Pakistan]. Mari hentikan ini,’" katanya kepada wartawan.
Langkah nominasi ini dipuji oleh Mushahid Hussain, mantan ketua Komite Pertahanan Senat Pakistan.
"Trump baik untuk Pakistan," ujarnya kepada Reuters. "Jika ini memuaskan ego Trump, biarkan saja. Semua pemimpin Eropa sudah lama menjilat dia."
Namun, Maleeha Lodhi, mantan duta besar Pakistan untuk AS, mengkritik langkah ini sebagai "sangat disayangkan."
"Seorang pria yang mendukung perang genosida Israel di Gaza dan menyebut serangan Israel ke Iran sebagai ‘hebat’," tulisnya di X.
"Ini merendahkan martabat bangsa kita," tambahnya.
Jumat lalu, Trump memposting di Truth Social bahwa ia membantu negosiasi antara beberapa negara, namun "Tidak, aku tak akan dapat Nobel Perdamaian apapun yang kulakukan."
Trump berjanji akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan Israel-Gaza dengan cepat saat menjabat, tapi hingga kini perdamaian di kedua konflik itu belum tercapai.
Ia sering mengkritik Barack Obama karena memenangkan Nobel Perdamaian pada 2009 setelah kurang dari delapan bulan menjabat. Pada 2013, Trump bahkan meminta Komite Nobel Norwegia mencabut penghargaan tersebut.