Operator Istana Lompat Dinyatakan Bebas dalam Tragedi yang Tewaskan Enam Anak

Seorang operator istana lompat asal Australia yang terlibat dalam tragedi tahun 2021 yang menewaskan enam anak dan melukai tiga lainnya secara serius, dinyatakan tidak melanggar undang-undang keselamatan.

Pengadilan menyatakan Rosemary Anne Gamble, pemilik usaha Taz-Zorb, tidak bersalah dengan pertimbangan kejadian tersebut terjadi akibat “sistem cuaca tak terduga” yang “tidak mungkin diprediksikan”.

Korban, yang sedang berada di istana lompat saat acara sekolah dasar di Devonport, Tasmania, terjatuh sekitar 10 meter setelah angin kencang menerbangkan istana tersebut di tengah acara sekolah.

Putusan pada hari Jumat memicu kesedihan mendalam di kalangan keluarga korban, dengan beberapa terisak dalam pengadilan karena tak percaya, seperti dilaporkan ABC News.

Jaksa menuduh Gamble gagal mengikat istana lompat dengan aman, tapi pembelaannya menyatakan dia tak dapat berbuat lebih untuk mencegah risiko yang berujung tragedi.

Hakim Robert Webster sepakat dengan pembelaan dan menyatakan insiden terjadi karena dust devil – pusaran udara dan debu yang “tak terduga dan tak terantisipasi”.

“Meski Gamble bisa mengambil langkah tambahan, efek dari dust devil yang tak terduga tetap menyebabkkan hasil akhir yang sama tragisnya,” ujar hakim.

Enam anak yang tewas – Addison Stewart, Zane Mellor, Jye Sheehan, Jalailah Jayne-Maree Jones, Peter Dodt, dan Chace Harrison – berusia antara 11 dan 12 tahun.

Mereka sedang menghadiri acara di Sekolah Dasar Hillcrest saat kejadian di hari terakhir sebelum liburan sekolah Desember 2021.

Lima anak berada di istana lompat saat angin mengangkatnya dan melemparkannya melintasi lapangan sekolah, sedangkan anak keenam, yang sedang mengantri, tewas setelah terkena blower inflatble di kepala.

Tragedi ini mengguncang Devonport, kota pesisir utara Tasmania dengan populasi sekitar 30.000 jiwa.

MEMBACA  Ibu Backpacker yang Hilang Hampir 2 Minggu Mengeluarkan Permohonan Pilu Bantuan Setelah Mobilnya Ditemukan Terabaikan

Gamble baru didakwa dua tahun setelahnya, pada November 2023.

Andrew Dodt, ayah dari salah satu korban, Peter, menyatakan setelah putusan, “Harapan kami hancur sekarang.”

“Yang kuinginkan hanya permintaan maaf karena anakku tak pulang, tapi itu tak akan kudapat, dan itu menyakitkan,” katanya dalam pernyataan.

“Aku sudah hancur lama, dan mungkin akan tetap seperti ini lebih lama lagi.”

Pengacara Gamble, Bethan Frake, menyampaikan bahwa tragedi ini meninggalkan “luka yang mungkin takkan pernah sembuh.”

“Aku seorang ibu,” katanya, mengutip Gamble. “Aku bisa membayangkan kesedihan orangtua lain yang hidup dengan rasa sakit setiap hari karena ini.”

“Kehilangan mereka akan kubawa seumur hidupku.”