Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh AS dan Israel untuk mengawasi distribusi bantuan di Gaza, mengumumkan telah mengakhiri “misi” kontroversialnya dan menutup lokasi-lokasi distribusi bantuan menyusul kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi AS.
Di bawah tekanan internasional yang meningkat untuk mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza yang terkepung awal tahun ini, Israel dan AS mendukung GHF sebagai lembaga independen untuk menyalurkan bantuan. Israel sepenuhnya memblokir bantuan ke Jalur Gaza sejak Maret tahun ini, dengan klaim bahwa Hamas mencuri bantuan dari badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA. Israel tidak memberikan bukti apapun untuk klaim ini dan juga memblokir pekerja UNRWA untuk memasuki Jalur Gaza sejak Februari.
Sementara jaringan UNRWA sebelumnya mengoperasikan sekitar 400 situs di seantero Jalur Gaza, GHF, yang dijaga oleh kontraktor keamanan swasta AS yang bersenjata, hanya mendirikan empat “mega-situs” – tiga di selatan Gaza dan satu di dekat Kota Gaza – untuk mendistribusikan makanan dan bantuan lainnya kepada populasi Gaza yang berjumlah sekitar dua juta jiwa Palestina.
Lebih lanjut, sejak organisasi ini memulai operasinya di Gaza pada bulan Mei, pasukan Israel dan beberapa kontraktor AS secara rutin menembaki warga Palestina yang datang untuk menerima bantuan. Disorganisasi di sekitar lokasi-lokasi tersebut menyebabkan kerumunan besar berkumpul, dan sejumlah orang tewas karena terinjak-injak atau sesak nafas.
Sementara Direktur Eksekutif GHF John Acree menyatakan dalam pernyataannya pada hari Senin bahwa organisasi mereka telah menjalankan “satu-satunya operasi bantuan yang andal dan aman dalam menyediakan makanan gratis langsung kepada masyarakat Palestina di Gaza”, angka PBB menunjukkan bahwa lebih dari 2.000 pencari bantuan tewas tergencet atau ditembak mati.
Berikut kronologi “misi” GHF ke Gaza yang terbongkar tahun ini:
26 Mei – GHF menerbitkan pernyataan yang mengumumkan akan memulai pengiriman bantuan langsung di dalam enclave yang porak-poranda tersebut, beberapa jam setelah direktur eksekutifnya, Jake Wood, mengundurkan diri karena menyoroti kekhawatiran tentang independensi agensi tersebut. PBB dan lembaga bantuan lainnya menolak bekerjasama dengan GHF, memperingatkan bahwa memaksa warga Palestina berkumpul di beberapa titik bantuan terpusat akan membahayakan masyarakat dan melemahkan upaya bantuan lain.
27 Mei – GHF mulai beroperasi di Gaza. Pasukan Israel membuka tembakan terhadap ribuan warga Palestina yang berusaha mendapatkan makanan di area Rafah, Gaza selatan, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai puluhan lainnya. Pencari bantuan dipaksa memanjat pagar dan menerobos kerumunan padat untuk mencapai pasokan penyelamat nyawa. Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan melihat ribuan warga Palestina menyerbu lokasi bantuan tersebut adalah “memilukan” karena kekacauan itu menggarisbawahi tingkat kelaparan yang mencengangkan yang melanda Gaza. Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut insiden itu sebagai “pembantaian yang disengaja dan kejahatan perang penuh.”
29 Mei – Pasukan Israel menembaki titik bantuan di Gaza selatan, menewaskan 10 orang dan melukai puluhan lainnya. Tak lama setelahnya, beberapa ledakan dilaporkan dekat pusat bantuan lain di Koridor Netzarim, yang memisahkan Gaza utara dari sisa Jalur Gaza. Tidak jelas apa yang menyebabkan ledakan tersebut, dan tidak ada laporan korban jiwa.
30 Mei – Pasukan Israel membuka tembakan terhadap warga sipil yang menunggu untuk mengambil makanan di titik distribusi GHF di Jalan Salah al-Din, Gaza tengah, melukai setidaknya 20 orang.
1 Juni – Tank-tank Israel menewaskan sedikitnya 32 warga Palestina yang sedang mengantri makanan di dua lokasi distribusi bantuan di Gaza, meninggalkan lebih dari 200 orang lainnya terluka.
3 Juni – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa pembunuhan dan pelukaan terhadap pencari bantuan Palestina “tidak dapat diterima” dan menyerukan investigasi independen setelah pasukan Israel menembak di dekat lokasi distribusi bantuan di Rafah. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan setidaknya 27 warga Palestina tewas dalam insiden tersebut dan 90 lainnya terluka.
8 Juni – Setidaknya 13 warga Palestina tewas, dan lebih dari 150 lainnya terluka ketika pasukan Israel dan kontraktor keamanan AS menembaki kerumunan yang menunggu makanan di dekat dua lokasi distribusi bantuan di Gaza, satu di timur Rafah dan satu lagi dekat Jembatan Wadi Gaza. Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel mengubah lokasi distribusi menjadi “rumah jagal manusia.”
16 Juli – Setidaknya 21 warga Palestina tewas di pusat distribusi bantuan GHF di Gaza selatan. Kesaksian para saksi menyebut pasukan Israel membuka tembakan ke arah kerumunan, menyebabkan kepanikan dan aksi saling injak. Sedikitnya 15 orang tewas karena sesak nafas, sementara yang lain ditembak. Mohammed Abedin, 24 tahun, yang selamat dari insiden itu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka “ditembaki seperti binatang.”
22 Juli – Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan jumlah warga Palestina yang tewas saat mencoba mengakses makanan di Gaza dari titik-titik distribusi GHF telah melampaui angka 1.000.
1 Agustus – Mantan kontraktor GHF, Anthony Aguilar, menceritakan kepada Al Jazeera tentang apa yang ia gambarkan sebagai praktik mematikan dan tidak profesional yang ia saksikan secara langsung di lokasi distribusi bantuan di Gaza. Ini termasuk menembakkan apa yang organisasi itu sebut sebagai “tembakan peringatan” kepada populasi tak bersenjata menggunakan artileri berat. “Mereka menyebutnya tembakan peringatan, saya menyebutnya kejahatan perang,” ujarnya.
2 Agustus – Sedikitnya 38 warga Palestina yang mencari bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan GHF tewas, meskipun Israel mengumumkan pada 27 Juli bahwa mereka akan mulai menerapkan “jeda taktis” dalam pertempuran di beberapa area untuk memungkinkan warga Palestina mengakses bantuan kemanusiaan.
5 Agustus – Dua puluh delapan ahli PBB menyerukan pembubaran GHF, menggambarkannya sebagai “contoh yang sangat mengganggu” dari eksploitasi bantuan untuk tujuan militer.
9 Agustus – Israel mengizinkan beberapa negara, termasuk Jerman, Belgia, dan Yordania, untuk menerjunkan bantuan udara ke Gaza di tengah kemarahan global, namun seorang remaja Palestina berusia 15 tahun tewas tergencet oleh palet yang jatuh selama operasi penerjunan udara dekat yang disebut Koridor Netzarim di Gaza tengah.
4 September – Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB (OHCHR) menyatakan telah mencatat lebih dari 2.146 kematian di sekitar situs yang dijalankan GHF dan di sepanjang rute konvoi bantuan.
12 Oktober – GHF mengonfirmasi telah menangguhkan operasinya menyusul pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang difasilitasi AS, yang mulai berlaku pada 10 Oktober.
10 November – Sebuah film dokumenter, Breaking Ranks: Inside Israel’s War, ditayangkan di jaringan televisi Inggris ITV. Terdapat kesaksian dari para prajurit Israel yang ditugaskan ke Gaza, dengan beberapa di antaranya mendeskripsikan bagaimana penjaga GHF akan “langsung menembak, meski tidak melihat ancaman yang kongkret.”
24 November – GHF mengumumkan akan mengakhiri “misi”-nya di Gaza pasca gencatan senjata. Mereka mengklaim telah mendistribusikan lebih dari 3 juta kotak makanan, yang setara dengan 187 juta hidangan.