Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh telah meminta pihak berwenang Israel untuk memungkinkan penduduk yang sesak di bagian selatan Jalur Gaza untuk kembali ke rumah-rumah mereka yang lebih jauh ke utara.
Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, Shtayyeh mengeluarkan peringatan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tidak mencoba memaksa warga Palestina menyeberangi perbatasan ke Mesir.
“Saya tahu, dan kami tahu, bahwa ini adalah program Israel untuk mendorong orang keluar dari Gaza. Kami dan Mesir telah bekerja keras untuk tidak membiarkan hal ini terjadi,” katanya.
“Mesir tidak akan membiarkan siapapun menyeberangi perbatasan,” kata Shtayyeh. Telah ada laporan di pers internasional bahwa Mesir sedang membangun kamp penerima di sisi perbatasannya untuk menampung pengungsi Palestina.
Shtayyeh juga mengatakan bahwa Otoritas Palestina yang didominasi Fatah (PA), yang berbasis di Ramallah di Tepi Barat, tidak menjalin kontak dengan Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007.
Beliau mencatat bahwa berbagai kelompok Palestina, termasuk Fatah dan Hamas, akan bertemu di Moskow pada hari Kamis atas undangan Rusia.
Perdana Menteri PA menggambarkan situasi pasca serangan 7 Oktober sebagai bencana bagi semua orang, namun mencatat bahwa sejarah penderitaan Palestina dimulai pada tahun 1948.
Shtayyeh mengatakan pemerintah PA tidak bertujuan membunuh warga sipil, dan ia meminta agar spiral kekerasan dihentikan. Masalah Palestina harus diselesaikan, dan sekarang adalah saat yang tepat untuk melakukannya, katanya.