Mengudrop Bantuan ke Gaza Adalah Tindakan Putus Asa yang Tak Akan Akhiri Kelaparan

Israel telah menawarkan izin untuk pengiriman bantuan udara ke Gaza. Ini merupakan gestur kepada sekutu-sekutu yang mengeluarkan pernyataan keras menyalahkan Israel atas kelaparan di Gaza.

Peringatan terbaru pada Jumat, 25 Juli, dari Inggris, Prancis, dan Jerman sangat tegas.

“Kami menyerukan pemerintah Israel untuk segera mencabut pembatasan aliran bantuan dan mendesak mengizinkan PBB serta LSM kemanusiaan menjalankan tugas mereka guna mengatasi kelaparan. Israel harus menaati kewajibannya menurut hukum kemanusiaan internasional.”

Israel tetap bersikeras bahwa tidak ada pembatasan terhadap truk bantuan yang masuk ke Gaza, klaim yang tidak diterima oleh sekutu dekat maupun PBB serta lembaga-lembaga lain yang aktif di Gaza.

Dalam konflik lain, saya pernah melihat bantuan dijatuhkan, baik dari pesawat maupun saat mendarat di tanah.

Proses ini kasar dan tidak akan banyak menyelesaikan kelaparan di Gaza. Hanya gencatan senjata dan operasi bantuan jangka panjang tanpa hambatan yang bisa mengatasinya.

Di Kurdistan Irak setelah Perang Teluk 1991, AS, Inggris, dan lainnya menjatuhkan bantuan dari pesawat angkut C-130, terutama ransum militer, kantong tidur, dan seragam musim dingin berlebih untuk puluhan ribu orang yang tinggal di lereng pegunungan. Saya terbang bersama mereka dan menyaksikan awak udara Inggris serta AS menjatuhkan bantuan dari pintu kargo belakang pesawat ribuan kaki di atas orang-orang yang membutuhkan.

Bantuan itu cukup diterima. Tapi beberapa hari kemudian, saat saya berhasil mencapai kamp-kamp di pegunungan, saya melihat pemuda berlari ke ladang ranjau untuk mengambil bantuan yang jatuh di sana. Beberapa tewas atau terluka akibat ledakan. Saya melihat keluarga tewas ketika palet berat jatuh menimpa tenda mereka.

Saat Mostar dikepung selama perang Bosnia 1993, saya melihat palet berisi “makanan siap saji” militer AS dijatuhkan dari ketinggian, bertebaran di sisi timur kota yang terus dihujani tembakan. Beberapa palet bantuan menembus atap yang entah bagaimana masih utuh meski terkena serangan artileri.

MEMBACA  Migran Etiopia Hadapi Penculikan dan Kematian, Tinggalkan Keluarga yang Berduka

Pengejatan bantuan udara adalah tindakan putus asa. Ini juga bisa terlihat bagus di televisi dan menciptakan kesan bahwa akhirnya ada yang dilakukan.

Para profesional di operasi bantuan menganggap pengiriman udara sebagai opsi terakhir. Mereka melakukannya ketika akses lain tidak memungkinkan. Itu bukan kasus di Gaza. Beberapa jam ke utara adalah Ashdod, pelabuhan kontainer modern Israel. Sedikit lebih jauh ada perbatasan Yordania, yang rutin digunakan sebagai jalur pasokan bantuan ke Gaza.

Pengejatan bantuan sangat minim hasilnya. Bahkan pesawat angkut besar tidak membawa sebanyak konvoi truk.

Palet yang dijatuhkan dengan parasut sering mendarat jauh dari yang membutuhkan. Israel telah memaksa ratusan ribu warga Palestina kelaparan ke area sempit di pesisir selatan Gaza. Sebagian besar tinggal di tenda-tenda padat. Tidak jelas apakah ada ruang terbuka untuk penjatuhan dari ketinggian.

Setiap palet kini akan diperebutkan oleh pria putus asa yang berusaha memberi makan keluarga mereka, dan oleh elemen kriminal yang ingin menjualnya untuk keuntungan.