ROMA (AP) — Mahkamah Agung Italia telah menolak ekstradisi ke Jerman atas seorang pria Ukraina yang ditangkap atas dugaan peledakan yang merusak pipa gas Nord Stream antara Rusia dan Jerman pada 2022, demikian pernyataan pengacaranya pada Kamis.
Pengadilan Kasasi Italia pada Rabu membatalkan keputusan sebelumnya dari pengadilan banding Bologna, yang telah memerintahkan ekstradisi ke Jerman terhadap tersangka berusia 49 tahun, Serhii Kuznietsov.
Mahkamah Agung Italia kini meminta majelis lain dari pengadilan banding yang sama untuk menilai ulang kasus tersebut, ujar pengacara Kuznietsov, Nicola Canestrini.
Canestrini menyatakan bahwa pertimbangan hukum putusan Mahkamah Kasasi belum diajukan dan diperkirakan akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang.
“Sementara itu, saya akan menilai apakah terdapat kondisi untuk mengajukan pembebasan klien saya, mengingat dasar hukum untuk penahanannya telah tiada,” tambah Canestrini.
Ledakan tersebut menyebabkan pipa Nord Stream 1 pecah, yang sebelumnya mengangkut gas alam Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik hingga Rusia menghentikan pasokan pada akhir Agustus 2022. Ledakan itu juga merusak pipa paralel Nord Stream 2, yang tak pernah beroperasi karena Jerman menangguhkan proses sertifikasinya sesaat sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Jaksa Penuntut Umum Jerman membuka penyelidikan setelah ledakan dan para pejabat menekankan pentingnya mengungkap kejadian sebenarnya.
Kuznietsov ditahan berdasarkan surat perintah penangkapan Eropa pada 21 Agustus di sebuah perkemahan dekat kota pesisir Adriatik, Rimini, tempat ia sedang berlibur bersama keluarganya.
Dalam persidangan pertamanya untuk mengonfirmasi penahanan, Kuznietsov membantah segala keterlibatan dalam ledakan, dengan menyatakan bahwa ia berada di Ukraina dan tengah bertugas di militer sebagai kapten saat ledakan terjadi.
Menurut dokumen ekstradisi, Jaksa Jerman menduga Kuznietsov mengorganisir dan melaksanakan detonasi setidaknya empat bom antara 14 hingga 27 kilogram (sekitar 31 hingga 62 pon) pada kedalaman 70 hingga 80 meter (230 hingga 263 kaki) di Laut Baltik dekat pulau Denmark, Bornholm, pada 26 September 2022.
Otoritas Polandia bulan lalu menahan warga negara Ukraina lainnya yang diduga terlibat dalam ledakan bawah laut itu. Pengadilan Distrik Warsawa diperkirakan akan memutuskan ekstradisinya pada Jumat, namun keputusan tersebut dapat diajukan banding.
Perdana Menteri Donald Tusk menyatakan awal Oktober bahwa memulangkan pria tersebut bukanlah “kepentingan Polandia”.
___
Claudia Ciobanu di Warsaw, Polandia, berkontribusi dalam laporan ini.