Partai penguasa meraih kemenangan besar dengan hanya 42 persen pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu legislatif dan gubernur.
Partai penguasa Presiden Venezuela Nicolas Maduro memenangkan pemilu parlemen dan daerah yang diboikot oleh oposisi.
Hasil sementara dari Dewan Pemilihan Nasional (CNE) pada Senin menunjukkan Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) dan sekutunya meraih 82,68 persen suara di pemilihan anggota Majelis Nasional sehari sebelumnya.
Hasil ini memastikan partai tersebut tetap mengendalikan instrumen kekuasaan kunci, termasuk kejaksaan agung dan Mahkamah Agung, yang anggotanya dipilih oleh majelis beranggotakan 285 kursi.
CNE juga menyatakan 23 dari 24 posisi gubernur dimenangkan pihak pemerintah, menandai kemunduran bagi oposisi yang sebelumnya menguasai empat negara bagian.
Partisipasi pemilih mencapai 8,9 juta atau sekitar 42 persen dari 21 juta pemilik hak pilih. Ketua CNE Carlos Quintero menyatakan angka ini sama dengan pemilu 2021.
Namun, pemimpin oposisi utama menyerukan boikot sebagai protes atas pemilu presiden Juli 2024. Mereka bersikeras menang, tapi otoritas menyatakan Maduro sebagai pemenang.
Tokoh oposisi Maria Corina Machado dalam unggahan X menyatakan di beberapa wilayah, hingga 85 persen pemilih absen. Ia menyebut pemilu ini sebagai “sandiwara besar rezim untuk mengubur kekalahannya” di pemilu tahun lalu.
Maduro menyikapi boikot dengan santai. “Ketika lawan mundur, kami maju dan kuasai medan,” ujarnya.
Menurut wartawan dan media sosial, partisipasi rendah di kota-kota besar. Namun, unggahan partai pemerintah menunjukkan antrean panjang pemilih di Trujillo dan Amazonas.
Jurnalis Al Jazeera Teresa Bo melaporkan oposisi terpecah soal boikot, menyulitkan tantangan efektif terhadap Maduro. Analis juga meragukan keadilan pemilu.
Ketegangan tinggi dengan 400.000 aparat keamanan dan 70 orang ditahan, termasuk tokoh oposisi Juan Pablo Guanipa yang dituduh memimpin “jaringan teroris” untuk sabotase pemilu.
Pemerintah menutup perbatasan dengan Kolombia usai melaporkan masuknya puluhan tersangka tentara bayaran. Kemenangan Maduro terjadi di tengah ekonomi yang terus merosot.
Presiden AS Donald Trump mencabut izin Chevron mengekspor minyak Venezuela, menghilangkan sumber pendapatan vital. AS juga mencabut status perlindungan 350.000 migran Venezuela dan mendeportasi ratusan orang ke penjara keamanan maksimum di El Salvador.