Raksasa Minuman Tak Konfirmasi atau Bantah Perubahan Bahan dalam Minuman Andalan.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Coca-Cola akan mulai memakai gula tebu sebagai pengganti sirup jagung fruktosa tinggi dalam minuman buatan AS-nya, atas desakannya.
"Saya telah berbicara dengan Coca-Cola soal penggunaan GULA TEBU ASLI di Coke di Amerika, dan mereka setuju," tulis Trump di Truth Social, Rabu. "Saya berterima kasih pada semua pemegang otoritas di Coca-Cola."
Trump menyebut perubahan ini "langkah sangat bagus" dan menambahkan, "Lihat saja, ini lebih baik!"
Coca-Cola tak mengonfirmasi atau membantah pengumuman Trump, tapi menyampaikan apresiasi atas "antusiasme presiden terhadap merek ikonik kami."
"Detail lebih lanjut tentang inovasi baru dalam lini produk Coca-Cola akan segera dibagikan," ujar perusahaan asal Atlanta, Georgia, dalam pernyataan singkat.
"Saya telah berbicara dengan @CocaCola tentang penggunaan GULA TEBU ASLI di Coke di AS, dan mereka setuju. Terima kasih pada semua pemegang otoritas di Coca-Cola. Ini langkah sangat bagus—Lihat saja, lebih enak!" —Presiden Donald J. Trump
Trump, pencinta Diet Coke, tak jelaskan alasan dorongannya untuk mengganti bahan minuman tersebut. Namun, Menteri Kesehatan AS, Robert F. Kennedy Jr., kerap mengkritik keras dominasi sirup jagung fruktosa tinggi dalam pola makan orang Amerika. Kennedy, yang berjanji memerangi makanan ultra-proses, menyebut pemanis ini "hanya bikin gemuk dan diabetes."
Sirup jagung fruktosa tinggi, dari pati jagung, digemari produsen AS karena lebih murah dari gula—sebagian akibat subsidi pemerintah untuk jagung dan tarif impor gula. Coca-Cola mulai pakai sirup ini di AS sejak 1980-an, tapi tetap gunakan gula tebu untuk versi luar negeri, seperti di Meksiko, yang punya penggemar fanatik karena rasanya dianggap lebih enak.
Meski konsumsi gula tinggi warga AS jadi penyebab utama 75% populasi kelebihan berat badan atau obesitas, belum ada konsensus ilmiah bahwa sirup jagung fruktosa tinggi lebih tidak sehat dibanding gula tebu atau pemanis lain. Pada 2018, FDA AS menyatakan "tidak menemukan bukti perbedaan keamanan" antara makanan mengandung sirup jagung fruktosa tinggi dengan pemanis lain seperti gula atau madu.