Presiden Joseph Aoun mengatakan bahwa Lebanon tidak boleh digunakan sebagai landasan untuk ketidakstabilan atau terlibat dalam perang yang tidak perlu. Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon telah memperingatkan kelompok Palestina Hamas agar tidak menggunakan wilayah negara itu untuk tindakan yang dapat merusak keamanan nasional, setelah tembakan roket menuju Israel mengakibatkan serangan balasan. Dewan Pertahanan Tinggi mengeluarkan peringatan pada Jumat karena Lebanon dihadapi tekanan Amerika Serikat yang semakin meningkat untuk menonaktifkan kelompok di luar kendali negara, setelah perang 14 bulan antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, sekutu Hamas. Otoritas Lebanon juga berusaha untuk memperkuat otoritas mereka di seluruh negara, terutama di selatan dekat perbatasan dengan Israel. Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata November 2024 yang disponsori AS hampir setiap hari, menurut otoritas Lebanon, termasuk tiga serangan udara ke ibu kota Beirut. Dalam pernyataan, dewan yang dipimpin oleh Presiden Joseph Aoun mengatakan bahwa Lebanon tidak boleh digunakan sebagai landasan untuk ketidakstabilan atau terlibat dalam perang yang tidak perlu. Aoun, yang sebelumnya menjabat sebagai komandan angkatan darat, telah berjanji untuk membawa semua senjata di negara itu di bawah otoritas negara, tetapi telah mengakui bahwa menonaktifkan Hezbollah, yang AS telah memaksa Lebanon untuk melakukannya, adalah masalah “delikat”. Mohammad al-Mustafa, sekretaris jenderal dewan, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa sementara Aoun menekankan pentingnya hak Palestina, dia juga menekankan bahwa stabilitas Lebanon tidak boleh dikompromikan. Hamas telah lama hadir di Lebanon, termasuk di kamp-kamp di seluruh negara yang menampung ratusan ribu pengungsi Palestina jangka panjang, dan di mana pasukan keamanan Lebanon selama ini hanya memiliki kewenangan terbatas. Bersama dengan Hezbollah, pejuang Hamas di Lebanon menembakkan roket melintasi perbatasan selatan ke Israel sebagai solidaritas dengan Palestina setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, ketika Israel memulai kampanye bombardir besar-besaran di Gaza. Sejak itu, serangan udara Israel telah membunuh beberapa komandan Hamas di Lebanon, termasuk wakil kepala kelompok pada awal 2024. Israel telah mengutip kekhawatiran keamanan untuk serangan mematikan berkelanjutan mereka di Lebanon, meskipun gencatan senjata. Dalam upaya untuk mengatasi kekhawatiran Israel dan AS, yang menyponsori gencatan senjata, tentara Lebanon menangkap individu Lebanon dan Palestina yang dituduh menembakkan roket ke arah Israel pada 22 Maret dan 28 Maret. Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan Hezbollah telah membantah keterlibatan. Tetapi sumber keamanan Lebanon memberitahu kantor berita AFP bahwa pasukan keamanan menangkap tiga anggota Hamas. Dewan tersebut mengatakan bahwa proses hukum akan dimulai awal pekan depan terhadap mereka yang ditahan atas tembakan roket pada Maret.