Warga Palestina dilaporkan tewas dan luka-luka dalam insiden penembakan saat mereka berkumpul di dekat lokasi distribusi bantuan di Gaza Tengah.
Menurut jurnalis Palestina, korban ditembak oleh pasukan Israel. Informasi tentang kejadian Sabtu ini sangat terbatas karena internet di Gaza telah mati selama lebih dari dua hari.
Belum ada komentar dari IDF sejauh ini. Dalam insiden sebelumnya, militer Israel menyatakan pasukan mereka menembak ketika tersangka mendekat dengan cara yang dianggap mengancam.
Banyak warga yang ingin mengambil bantuan mungkin tak menyadari bahwa lokasi distribusi oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza—didukung Israel dan AS—ditutup hingga Minggu.
Organisasi tersebut memposting pembaruan di Facebook, yang hanya bisa diakses oleh mereka yang memiliki e-sim karena pemadaman internet.
Ini semakin memperburuk kebingungan seputar distribusi bantuan di Gaza, dengan setiap hari terjadi insiden penembakan oleh pasukan Israel atau milisi lokal.
Bantuan dan internet sangat vital bagi warga Gaza—kurangnya kedua hal ini membuat situasi mereka semakin putus asa.
Sejumlah besar warga Palestina tampak tetap berada di dekat lokasi distribusi bantuan—satu di Koridor Netzarim (Gaza Tengah) dan tiga lainnya di selatan—agar siap mengambil paket makanan jika lokasi dibuka.
Kelompok bantuan dan tenaga medis juga semakin khawatir dengan kemampuan Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan untuk menangani korban luka tembak di dekat titik distribusi Rafah.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan bahwa Rumah Sakit Nasser kesulitan beroperasi.
Sumber ICRC awalnya menyebut sebagian besar staf medis Nasser telah pergi—setelah perluasan perintah evakuasi dari IDF—namun kemudian dikoreksi bahwa rumah sakit kehilangan sekitar 10% stafnya.
Salah satu dokter yang baru-baru ini bekerja di Nasser, Dr. Feroze Sidwa, meminta dukungan internasional agar rumah sakit tetap berfungsi.
“Jika hukum internasional masih relevan, Nasser harus dilindungi dan dipasok ulang, serta stafnya harus segera diamankan,” kata Dr. Sidwa.
Dr. Victoria Rose, yang bekerja di Nasser pada Mei lalu, memberi peringatan lebih mendesak: “Ini satu-satunya rumah sakit di Gaza Selatan. Tak ada tempat lain yang memiliki tempat tidur ITU, CT scan, penghasil oksigen, hemodialisis, atau bank darah.
“Ratusan pasien akan langsung meninggal, dan semua operasi sekarang harus dilakukan di tenda.”
Sudah 20 bulan sejak Israel melancarkan operasi militer di Gaza sebagai respons terhadap serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Setidaknya 55.207 orang telah tewas di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.