Lebih dari 350 orang telah berhasil dievakuasi setelah kota di Ukraina selatan dihujani curah hujan dua bulan hanya dalam tujuh jam.
Diterbitkan Pada 1 Okt 2025
Sedikitnya sembilan orang, termasuk satu anak-anak, dilaporkan tewas akibat badai hujan parah dan banjir di kota Odessa di Ukraina selatan menurut layanan darurat setempat.
Sebanyak 362 orang lainnya telah diselamatkan sejauh ini saat petugas mengevakuasi warga yang terjebak dan memompa air keluar dari gedung-gedung, ungkap Layanan Darurat Negara Ukraina pada Rabu.
Seorang gadis kecil yang sebelumnya dilaporkan hilang ditemukan dini hari berkat upaya bantuan, tambah mereka.
Mereka juga mengunggah foto-foto orang yang diselamatkan dari bus yang terendam serta kendaraan yang ditarik dari air.
Wali Kota Odessa Gennadiy Trukhanov menyebut situasi sulit namun “terkendali”, dan menulis bahwa curah hujan hampir dua bulan telah mengguyur kota hanya dalam tujuh jam.
“Sistem saluran badai mana pun tak akan sanggup menahan beban seperti ini,” ujarnya di Telegram, menekankan upaya penyelamatan terus berlanjut “tanpa jeda”.
Cuaca buruk diprediksi masih akan berlangsung hingga Kamis, berpotensi menambah tantangan bagi petugas pertama darurat Ukraina, tiga setengah tahun setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh.
Kematian akibat cuaca ini terjadi saat administrasi militer setempat di kota Kherson selatan melaporkan seorang pria tewas pada Rabu pagi akibat serangan Rusia di sana.
Sementara itu, serangan malam Rusia di kota Kharkiv timur laut melukai enam orang, termasuk seorang polisi, dan memicu sejumlah kebakaran menurut kepolisian nasional.
Lima dari enam korban luka tersebut dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan, ujar Gubernur wilayah Kharkiv Oleh Syniehubov.
Video dan foto dari lokasi menunjukkan petugas pemadam berusaha memadamkan api yang tampak melalap kios-kios pasar.
Di Rusia, gubernur regional Mikhail Yevrayev melaporkan kebakaran terjadi di kilang minyak wilayah Yaroslavl.
Meski Ukraina terus menyasar fasilitas minyak di dalam Rusia, Yevrayev klaim kobaran api tersebut tidak ada kaitannya dengan perang yang berlangsung dengan Ukraina.
“Warga khawatir ini mungkin hasil serangan drone musuh,” katanya. “Tapi kejadian ini tidak ada hubungannya dengan itu… Kebakarannya bersifat teknologis.”
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan bahwa situasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia dalam kondisi “kritis” karena fasilitas tersebut telah kehilangan pasokan listrik selama tujuh hari.
“Sudah tujuh hari ini. Kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Zelenskyy dalam pidato malamnya pada Selasa.
Manajemen yang ditunjuk Rusia di pembangkit nuklir tersebut menyatakan pada Rabu bahwa pasokan listrik cadangan di tempat tersebut cukup, namun pemulihan pasokan via jalur Dneprovskaya mustahil dilakukan akibat pemboman Ukraina, laporkan kantor berita RIA.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengonfirmasi pada Selasa malam bahwa ia “secara konstan berkomunikasi dengan kedua belah pihak dengan tujuan memungkinkan penyambungan kembali pembangkit ke jaringan listrik dengan cepat”.
“Meski pembangkit saat ini masih dapat mengatasi berkat generator diesel daruratnya—pertahanan terakhir—dan tidak ada bahaya langsung selama generator tersebut tetap berfungsi, jelas ini bukan situasi yang berkelanjutan dari segi keselamatan nuklir,” tegasnya.