Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina
Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina membagikan gambar yang memperlihatkan kerusakan parah di markas besarnya.
Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menuduh pasukan Israel menyerang markasnya di Gaza, menewaskan satu pekerja dan melukai tiga orang lainnya. Organisasi kemanusiaan itu menyatakan serangan tersebut "memicu kebakaran di gedung" pada dini hari Minggu.
Menggambarkan serangan malam itu di fasilitas mereka di kota Khan Younis selatan sebagai "disengaja," Bulan Sabit Merah menyebut lokasi markasnya "sudah dikenal" oleh militer Israel dan "ditandai jelas dengan lambang pelindung merah."
Ketika ditanya BBC mengenai tuduhan ini, Israel Defense Forces (IDF) menyatakan "tidak mengetahui adanya serangan artileri maupun serangan udara."
Video yang dibagikan Bulan Sabit Merah di media sosial menunjukkan sebagian gedung terbakar dan dipenuhi asap, sementara foto pascaserangan memperlihatkan kerusakan berat serta beberapa noda darah besar.
Dalam pernyataannya, lembaga kemanusiaan itu mengidentifikasi pekerja yang tewas sebagai Omar Isleem dan mengaku "sangat berduka" atas kematiannya. Dua pekerja lain terluka, begitu pula seorang warga sipil yang berusaha memadamkan api.
"Ini bukan kesalahan," tambah Bulan Sabit Merah. "Kami kembali menyerukan pertanggungjawaban dan perlindungan bagi seluruh personel kemanusiaan dan medis."
Kejadian ini terjadi saat peringatan mengenai situasi kemanusiaan di Gaza semakin mengkhawatirkan. Data terbaru PBB menunjukkan setidaknya 1.373 warga Palestina tewas saat mencari makanan sejak akhir Mei.
Mayoritas tewas dibunuh oleh militer Israel dekat lokasi distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung AS dan Israel, menurut PBB. GHF membantah angka PBB yang menyebut setidaknya 859 orang tewas di sekitar lokasinya.
Israel menuduh Hamas menghasut kekacauan dekat pusat bantuan dan menyatakan pasukannya tidak sengaja menembaki warga sipil.
Sementara itu, media negara Mesir melaporkan dua truk berisi bahan bakar yang sangat dibutuhkan sedang menunggu untuk memasuki Gaza.
Tenaga medis telah memperingatkan kekurangan fasilitas vital selama berminggu-minggu, setelah Israel memblokir semua bantuan dan barang ke Gaza selama berbulan-bulan.
Pemblokiran ini sebagian telah dicabut, tetapi lembaga kemanusiaan menegaskan lebih banyak bantuan harus diizinkan masuk untuk mencegah kelaparan dan malnutrisi yang semakin parah.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas menyatakan 175 orang, termasuk 93 anak-anak, meninggal akibat malnutrisi.
Israel membantah sengaja menghalangi bantuan masuk ke Gaza dan menuduh PBB serta lembaga bantuan lain gagal mendistribusikannya.
IDF melancarkan operasi di Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Menurut kementerian kesehatan, lebih dari 60.000 orang telah tewas di Gaza sejak itu.