Jaksa Agung New York Letitia James telah mengajukan pembelaan tidak bersalah atas tuduhan penipuan hipotek federal dalam kasus kontroversial yang didorong oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Pada hari Jumat, James hadir di pengadilan untuk pertama kalinya setelah pemerintahan Trump menuduhnya melakukan kesalahan representasi dalam investasi properti untuk memperoleh pinjaman yang lebih menguntungkan.
Rekomendasi Cerita
list of 3 items
end of list
Dia menghadapi satu dakwan penipuan bank dan satu dakwaan memberikan pernyataan palsu kepada lembaga keuangan, yang masing-masing ancaman maksimumnya 30 tahun penjara.
Persidangannya pada hari Jumat digelar di depan pengadilan federal di Norfolk, Virginia. Ketika ditanya tentang pembelaannya, James menjawab, “Tidak bersalah, Yang Mulia, untuk kedua dakwaan.”
Perkaranya dijadwalkan mulai pada 26 Januari.
Berbicara kepada pendukungnya di luar ruang sidang setelahnya, James menyebut kasus ini sebagai upaya Presiden Trump untuk menggunakan sistem hukum melawan rival politiknya.
Dia merupakan kritikus Trump ketiga, setelah mantan direktur Federal Bureau of Investigation (FBI) James Comey dan mantan penasihat keamanan nasional John Bolton, yang menghadapi tuntutan pidana dalam sebulan terakhir.
“Ini bukan tentang saya. Ini tentang kita semua — dan sistem peradilan yang telah dijadikan senjata, sistem peradilan yang dipakai sebagai alat balas dendam,” kata James kepada kerumunan di luar ruang pengadilan.
Dengan memparafrasa Alkitab, dia menegaskan kembali keyakinannya bahwa keadilan akan menang.
“Tidak ada ketakutan hari ini. Tak ada takut, tak ada takut,” ujarnya, memimpin kerumunan berseru. “Karena aku percaya keadilan akan mengalir bagaikan air, dan kebenaran laksana sungai yang deras.”
Dia telah dijerat oleh juri sebelumnya awal bulan ini.
Jaksa Agung New York Letitia James berbicara kepada pendukungnya di Norfolk, Virginia [John Clark/AP Photo]
Jaksa agung ini telah lama menjadi sasaran kemarahan Presiden Trump selama bertahun-tahun, sejak masa jabatan pertamanya.
Saat James berkampanye untuk perannya sebagai jaksa penuntut utama New York pada 2018, dia mengecam Trump sebagai “presiden yang tidak sah”.
Kemudian, dalam perannya sebagai jaksa agung, dia mengajukan gugatan perdata yang berhasil terhadap Trump, dengan dalih bahwa ia telah menipu bank dan investor dengan secara substansial melebih-lebihkan asetnya.
Pada Februari 2024, seorang hakim awalnya memerintahkan Trump untuk membayar ganti rugi sebesar $355 juta akibat kasus tersebut, meskipun jumlah itu kemudian dibatalkan karena dianggap berlebihan.
Trump secara konsisten menyangkal segala pelanggaran dan menggambarkan kasus itu, serta kasus lain yang dihadapinya, sebagai bermotif politik.
Ketika Trump kembali menjabat pada Januari untuk masa jabatan kedua, para kritikus khawatir dia mungkin menggunakan kekuasaannya untuk membalas dendam terhadap orang-orang yang dianggap sebagai lawannya.
Pada 20 September, dia secara terbuka menyerukan Departemen Kehakiman untuk mengambil tindakan terhadap James, Comey, dan individu ketiga, Senator Adam Schiff dari California, yang belum dituntut.
“Kita tidak bisa menunda lagi, ini merusak reputasi dan kredibilitas kita,” tulis Trump di platform onlinenya, Truth Social, dalam pesan yang ditujukan kepada Jaksa Agung Pam Bondi. “KEADILAN HARUS DITEGAKKAN, SEKARANG!!!”
Comey dituntut lima hari kemudian, pada 25 September.
Menjelang penuntutan tersebut, seorang jaksa berpengalaman bernama Erik Siebert dipecat setelah dilaporkan meragukan dasar kasus terhadap Comey dan James.
Dia digantikan oleh Lindsey Halligan, seorang mantan asisten Gedung Putih di pemerintahan Trump tanpa latar belakang sebagai jaksa federal.
Pengacara James mengatakan bahwa mereka akan mengontes pengangkatan Halligan. Halligan secara pribadi menandatangani surat tuduhan terhadap James dan Comey, sebuah praktik yang cukup tidak lazim bagi seorang jaksa AS tinggi.
Dakwaan dalam kasus Jumat itu berfokus pada pembelian rumah James di Virginia. Departemen Kehakiman Trump berargumen bahwa James menyatakan akan menggunakan rumah tersebut sebagai tempat tinggal sekunder, namun justru menyewakannya.
Hal itu, menurut jaksa, memungkinkannya mendapatkan suku bunga hipotek yang lebih mnguntungkan.
Namun, James menyebut tuduhan tersebut “tidak lebih dari kelanjutan dari upaya putus asa presiden untuk mempersenjatai sistem peradilan kita”.