Ketua Israel Export Institute Avi Balashnikov. (kredit: Israel Export Institute)
"Saat roket meluncur dan dunia mempertanyakan stabilitas Israel, kami tetap melakukan yang terbaik: menghubungkan Israel dengan dunia," kata Ketua Avi Balashnikov.
Dengan roket masih berjatuhan di perbatasan Israel dan puluhan ribu reservis berseragam, eksportir negara ini berhasil mengirimkan barang dan jasa senilai hampir $150 miliar pada 2024, hanya turun 1% dari tahun sebelumnya, membantu ekonomi tumbuh 1% meski ada biaya konflik Gaza.
Proyeksi Bank Israel menunjukkan aktivitas diperkirakan pulih, dengan pertumbuhan diproyeksikan mencapai 3,5% pada 2025 dan 4% pada 2026, asalkan tidak ada eskalasi lebih lanjut. Layanan teknologi, yang menyumbang lebih dari setengah ekspor Israel, naik 3% tahun lalu dan 10% lagi pada kuartal pertama 2025, menurut Israel Export Institute.
Lembaga ini, hasil kerja sama pemerintah dan industri, tidak pernah menutup pintu, bahkan ketika staf dipanggil untuk tugas cadangan atau rantai pasok terganggu oleh peringatan roket dan kekurangan mendadak pekerja Palestina.
"War room darurat" menghubungkan perusahaan dengan rute logistik alternatif, sementara acara virtual matchmaking menyelenggarakan lebih dari 5.000 pertemuan satu lawan satu dengan pembeli luar negeri, menurut data institut.
"Setiap krisis membawa peluang, dan eksportir kami membuktikan semangat Israel setiap hari," tambah Balashnikov.
Delegasi ke India, Asia Timur, dan Teluk berlangsung sesuai rencana; produsen pertahanan bahkan mencatat rekor penjualan luar negeri sebesar $15 miliar, meningkat 13% karena permintaan Eropa akan sistem pertahanan udara.
Israel masih memimpin secara global dalam start-up per kapita dan pusat R&D asing. Pendanaan ventura hanya mereda sebentar setelah 7 Oktober dan kini hampir 90% dari tingkat pra-perang, menurut data industri yang dikutip institut.
"Berinvestasi di Israel bukanlah amal; itu keputusan ekonomi cerdas yang didukung data," tegas Balashnikov.
Israel Export Institute berencana menghidupkan kembali inisiatif "Gateway to Africa" yang sempat tertunda dan mendirikan paviliun nasional pertama Israel di KTT iklim COP-31 tahun depan di Rio de Janeiro. Tujuannya: mendorong ekspor tahunan melebihi $200 miliar dalam lima tahun.
"Di kawasan yang tidak stabil, ekspor adalah jangkar kami," kata Balashnikov. "Itu bukti Israel tetap inovatif, andal, dan sangat terbuka untuk bisnis."