Pasukan Israel Membombardir Gaza, Tewaskan 85 Warga Palestina
Pasukan Israel melancarkan serangan di berbagai wilayah di Jalur Gaza yang terkepung, menewaskan setidaknya 85 warga Palestina, termasuk pencari bantuan dan keluarga yang berlindung di sekolah. Banyak lagi yang terluka dalam serangan-serangan yang juga menyasar rumah sakit yang penuh sesak.
Pada serangan tanpa henti Senin lalu, 62 korban berasal dari Kota Gaza dan wilayah utara. Angkatan Laut Israel menghantam pelabuhan di Kota Gaza, di mana militer telah meningkatkan serangan besar-besaran, menewaskan setidaknya 21 orang dan melukai 30 lainnya—banyak di antaranya perempuan dan anak-anak.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza, menyebut serangan tersebut terjadi di pusat pengungsian dekat pelabuhan Gaza. "Area ini menjadi tempat berlindung bagi banyak pengungsi yang trauma, memberikan sedikit kelepan dari panasnya tenda-tenda," ujarnya.
Selain itu, pasukan Israel juga menyerang halaman Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah, Gaza tengah, tempat ribuan keluarga mencari perlindungan. Video yang beredar dan diverifikasi oleh Al Jazeera memperlihatkan kekacauan di rumah sakit itu, dengan orang-orang berlarian menyelamatkan diri sementara tenda-tenda pengungsian tampak rusak akibat serangan.
Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang melaporkan dari lokasi, mengatakan tentara tidak memberikan "peringatan apa pun" sebelum "ledakan besar" terjadi. "Lokasi serangan hanya sekitar 10 meter dari titik siaran kami. Ini bukan kali pertama halaman rumah sakit ini diserang. Setidaknya 10 kali, fasilitas ini menjadi sasaran langsung pasukan Israel," ucapnya.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengutuk serangan Israel, menyebutnya sebagai "kejahatan sistematis" terhadap sistem kesehatan di wilayah Palestina. "Pesawat tempurnya membombardir tenda pengungsi di dalam kompleks Rumah Sakit Al-Aqsa, mengakibatkan luka-luka, kerusakan materi, dan ancaman langsung terhadap puluhan pasien," bunyi pernyataan mereka.
Israel telah berkali-kali menyerang puluhan rumah sakit selama perang 22 bulan di Gaza. Kelompok HAM dan pakar PBB menuduh Israel sengaja menghancurkan sistem kesehatan di wilayah itu.
"Seperti Gempa Bumi"
Di selatan, setidaknya 15 pencari bantuan tewas dalam serangan udara Israel di Khan Younis saat mengantri makanan di pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—lembaga kontroversial yang didukung AS dan Israel. Menurut sumber di Kompleks Medis Nasser, 50 orang juga terluka.
Mereka adalah korban terbaru dari rentetan pembantaian harian di lokasi ini, yang telah menewaskan hampir 600 warga Palestina sejak GHF mengambil alih distribusi bantuan terbatas di Gaza akhir Mei lalu.
Militer Israel mengakui bahwa warga sipil Palestina menjadi korban di pusat distribusi bantuan, menyatakan bahwa "instruksi telah diberikan kepada pasukan" setelah "pelajaran yang didapat." Namun, laporan Haaretz mengungkap bahwa tentara Israel sengaja menembaki kerumunan warga Palestina yang tidak bersenjata.
Sementara itu, pasukan Israel juga meruntuhkan rumah-rumah di Khan Younis, memicu kekhawatiran akan invasi darat baru. Ancaman pengungsian paksa juga kembali dilayangkan ke warga di distrik-distrik besar Gaza Utara.
"Ledakan tak henti-hentinya; mereka membombardir sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa bumi," kata Salah (60), seorang ayah dari lima anak di Gaza City. "Di berita, kami dengar gencatan senjata sudah dekat. Di lapangan, kami melihat kematian dan mendengar ledakan."
Menurut PBB, lebih dari 80% Gaza kini menjadi zona militer Israel atau berada di bawah perintah pengungsian paksa.
Serangan-serangan ini terjadi ketika pejabat Israel, termasuk Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, bersiap ke Washington DC untuk upaya gencatan senjata baru.