Israel Ancam Semua yang Tinggal di Kota Gaza, Tewaskan 17 Orang di Enclave Itu

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa siapapun yang tetap tinggal di Kota Gaza akan dianggap sebagai ‘teroris dan pendukung teror’.

Diterbitkan Pada 2 Okt 2025

Sekurangnya 17 warga Palestina tewas dalam serangan Israel sejak fajar menyingsing di seluruh Gaza, sementara Israel mengancam puluhan ribu warga yang masih berada di Kota Gaza dengan perintah pengosongan paksa, menyebut ini sebagai ‘kesempatan terakhir’ mereka untuk mengungsi atau menghadapi ‘serangan penuh’ dari Israel.

Menteri Pertahanan Israel Katz menulis di X pada hari Rabu bahwa siapapun yang bertahan akan dianggap sebagai ‘teroris dan pendukung teror’.

Rekomendasi Cerita

Pemboman terus-menerus terhadap Kota Gaza telah meluluhlantakkan pusat urban terbesar di wilayah tersebut, menewaskan puluhan orang setiap harinya, menghancurkan banyak bangunan tempat tinggal dan sekolah, serta memaksa puluhan ribu warga Palestina mengungsi ke selatan menuju nasib yang tak pasti, yang seringkali menjadi sasaran serangan selama di perjalanan.

Melaporkan dari jalan al-Rashid, Hani Mahmoud dari Al Jazeera menyatakan bahwa militer Israel memerintahkan warga untuk pergi, kemudian memburu mereka di rute pantai menuju selatan dengan helikopter militer, drone, dan tank, menciptakan ‘kekacauan dan kepanikan’.

“Sebagian besar alasan mengapa orang-orang sekarang tidak meninggalkan Kota Gaza adalah karena rasa takut dan intimidasi yang diciptakan oleh militer Israel,” ujarnya.

Pada hari Kamis, seorang anak tewas akibat tembakan drone Israel di wilayah Ansar, barat Kota Gaza, menurut layanan darurat dan ambulans.

Sembilan orang tewas dan 13 lainnya luka-luka akibat target Israel terhadap pengungsi di Jalur Gaza tengah, menurut sumber medis yang memberitahu Al Jazeera.

Seorang warga Palestina dan istrinya tewas dalam serangan drone Israel yang menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi al-Bureij, Gaza tengah.

MEMBACA  Jaksa Rusia meminta hukuman 18 tahun bagi jurnalis AS Evan Gershkovich | Berita Kebebasan Pers

Warga Palestina lainnya tewas dan lebih dari 10 orang luka-luka dalam serangan drone Israel di selatan Deir el-Balah. Di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, delapan orang cedera ketika sebuah drone Israel membombardir tenda pengungsi di dalam kampus Universitas Al-Aqsa di wilayah al-Mawasi, barat kota, yang berulang kali diserang Israel meski telah dinyatakan sebagai ‘zona aman’.

Meskipun pemboman bertubi-tubi Israel terhadap Kota Gaza terus berlanjut, yang bertujuan memaksa warga sipil mengungsi ke selatan, beberapa orang justru memilih untuk kembali ke utara. Ribuan warga Palestina telah dipaksa oleh pemboman Israel untuk mengungsi dari utara ke selatan melalui rute berbahaya ini.

Pada hari Rabu, Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa militer Israel telah menutup Jalan al-Rashid, yang digambarkannya sebagai ‘salah satu urat nadi vital yang diandalkan warga untuk bepergian antar wilayah pemerintahan di Gaza’.

Akibat eskalasi permusuhan yang semakin meningkat, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyatakan pada hari Rabu bahwa mereka untuk sementara menangguhkan operasi di Kota Gaza, seperti yang dilakukan LSM Dokter Lintas Batas (MSF) pekan lalu.

“ICRC akan terus berupaya memberikan dukungan kepada warga sipil di Kota Gaza, kapan pun keadaan memungkinkan, dari kantor kami di Deir el-Balah dan Rafah, yang tetap beroperasi penuh,” demikian pernyataan mereka.

Sementara itu, Hamas terus membahas rencana gencatan senjata dari Amerika Serikat untuk mengakhiri peruhan genosida dua tahun yang dilancarkan Israel. Penerimaan mereka terhadap syarat-syarat yang dianggap sebagian besar menguntungkan tujuan-tujuan Israel yang dinyatakan tetap tak pasti.