Iran Keras Berpegang pada Posisi Saat AS Beri Sinyal Israel Mungkin Serang Selama Pembicaraan Nuklir

Tehran, Iran – Otoritas Iran tetap berseikukuh di tengah kekhawatiran bahwa Israel bisa melancarkan serangan terhadap Iran, seiring badan pengawas nuklir global mengeluarkan resolusi kecaman lagi yang dipimpin Barat.

Meskipun Oman mengonfirmasi pada Kamis bahwa mereka akan menjadi tuan rumah putaran keenam perundingan antara Iran dan AS pada Minggu mengenai program nuklir Tehran, laporan dari media seperti The New York Times, mengutip pejabat AS dan Eropa, memperingatkan bahwa Israel "siap" menyerang Iran bahkan tanpa dukungan militer dari Washington. Israel sejak lama mengancam akan menyerang situs-situs nuklir Iran.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump juga melakukan evakuasi parsial staf kedutaan di Irak serta keluarga personel AS di Timur Tengah, sebagai pertanda ketegangan yang kian memuncak di kawasan.

"Saya tidak mau bilang segera, tapi kelihatannya ini sesuatu yang sangat mungkin terjadi," ujar Trump dalam acara di Gedung Putih pada Kamis, menanggapi kemungkinan serangan Israel.

"Kami tidak akan menyerah pada paksaan dan intimidasi Amerika," tegas Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam pidato televisi di kota Ilam, barat Iran, seraya menyebut Iran bertahan selama delapan tahun melawan invasi Irak yang didukung kekuatan asing pada 1980-an.

Hossein Salami, Panglima Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC), menyatakan bahwa jika Israel menyerang, Iran akan membalas dengan respons yang "membuat sejarah", jauh melampaui dua kali serangan balasan Iran terhadap Israel tahun lalu.

Ia menegaskan Iran tidak "tak berdaya dan terkepung" seperti Gaza, di mana militer Israel telah membunuh lebih dari 55.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.

Sementara itu, komandan Pasukan Quds IRGC Esmail Qaani menyebutkan kemampuan serang pasukan Iran telah meningkat signifikan sejak serangan rudal terakhir ke Israel.

MEMBACA  YouTuber Mengendarai Mini Ibishu Pigeon dan Bertahan dari Pengalaman tersebut

"Jika mereka pikir poros perlawanan dan Iran sudah melemah lalu berbangga karenanya, itu semua mimpi," kata Qaani, yang memimpin divisi eksternal IRGC yang bertugas memperluas pengaruh regional Iran.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mohammad Bagheri mengumumkan pada Kamis bahwa ia telah memerintahkan latihan militer tambahan setelah serangkaian latihan besar-besaran sebelumnya. Berbagai misil, drone, kapal perang, pasukan khusus, hingga pangkalan rudal bawah tanah ditampilkan dalam latihan tersebut.

Menteri Pertahanan Aziz Nasirzadeh pada Rabu menegaskan bahwa semua pangkalan militer AS di kawasan adalah target sah jika konflik dengan AS pecah. Ia mengklaim Iran berhasil meluncurkan rudal balistik tak bernama minggu lalu dengan hulu ledak 2.000 kg dan menjanjikan kerugian besar di pihak AS yang akan "memaksa mereka hengkang dari kawasan".

Iran Bangun Situs Pengayaan Ketiga

Setelah berhari-hari berunding, Dewan IAEA pada Kamis mengesahkan resolusi yang mengecam program nuklir Iran dan kasus-kasus nuklir yang belum terjawab. Resolusi ini diajukan oleh AS, Prancis, Jerman, dan Inggris—tiga negara Eropa yang masih terikat pada perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan Trump sepihak pada 2018.

Kementerian Luar Negeri Iran menolak tuduhan tersebut sebagai "bohong dan tidak berdasar", sambil menuduh Barat memanfaatkan badan internasional untuk tekanan politik. Sebagai respons, Iran mengumumkan pembangunan situs pengayaan uranium ketiga di lokasi "aman", serta mengganti sentrifug Teks dalam Bahasa Indonesia (Tingkat C2):

Dalam cerita itu, panahnya terbang selama berhari-hari sebelum menetapkan batas Iran dengan Turan, sebuah wilayah bersejarah di Asia Tengah.

Kisah ini membangkitkan kebanggaan nasional di kalangan seluruh rakyat Iran. Ketika gambar patung itu viral di media sosial, sebagian warga Iran memuji langkah tersebut, sementara yang lain mengkritiknya sebagai upaya memanfaatkan sentimen nasionalis di saat Iran mungkin akan diserang.

MEMBACA  Shaban al-Dalou: Remaja Palestina terbakar di bom Israel | Berita Konflik Israel-Palestina

Patung besar setinggi 15 meter dari Arash Kamangir dipasang hari ini di Vanak Square, Tehran.

Namun, meski bayangan perang seolah kembali mengancam Iran, pasar di negara itu tetap relatif stabil dalam beberapa pekan terakhir seiring antisipasi hasil negosiasi dengan AS.

Pada Kamis, nilai tukar rial Iran di Tehran berkisar 840.000 per dolar AS, hanya mengalami penurunan kecil dibandingkan hari-hari sebelumnya, meski ada berita tekanan militer dan politik tambahan terhadap Iran.

"Kebanyakan orang yang saya ajak bicara di sini sangat memantau perkembangan perundingan dengan AS dan ancaman Israel, tapi tidak ada kepanikan," ujar seorang pedagang berusia 36 tahun di Grand Bazaar Tehran kepada Al Jazeera, dengan permintaan anonim.

Setelah bertahun-tahun sanksi ketat dan salah urus lokal, Iran menghadapi inflasi tinggi yang konsisten, kini mencapai lebih dari 30%. Warga Iran juga terputus dari jaringan pembayaran internasional dan dilarang mengakses sebagian besar layanan global akibat sanksi.

"Tak ada yang ingin perang," kata pedagang itu. "Masalah kami sudah cukup banyak. Saya benar-benar berharap mereka bisa mencapai kesepakatan."