Harga Konsumen Naik pada Juli di Tengah Ketidakpastian Ekonomi akibat Tarif | Berita Inflasi

Harga Barang Terkena Tarif Naik Tajam, Sementara yang Minim Impor Justru Turun

Harga konsumen di Amerika Serikat tetap stabil pada Juli lalu, meskipun inflasi tinggi masih melanda perekonomian.

Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat kenaikan 2,7 persen dibandingkan tahun lalu, mengikuti kenaikan 2,7 persen di Juni, menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Selasa. Secara bulanan, harga naik 0,2 persen pada Juli, lebih rendah dari kenaikan 0,3 persen di Juni.

Data ini melebihi ekspektasi analis. Ekonom yang disurvei Dow Jones memprediksi kenaikan tahunan sebesar 2,8 persen.

Biaya energi turun 1,1 persen dalam 12 bulan terakhir. Bahan bakar minyak khususnya mengalami penurunan 2,3 persen sepanjang tahun. Harga bahan pokok turun 0,1 persen, tetapi biaya makan di luar rumah naik 0,3 persen. Biaya tempat tinggal meningkat 0,2 persen.

Biaya layanan medis melonjak 4,3 persen. Harga tiket pesawat naik 4 persen dibanding tahun lalu.

Kenaikan dan Penurunan

“Laporan IHK hari ini menunjukkan inflasi sekali lagi mengalahkan ekspektasi pasar dan tetap stabil, menegaskan komitmen Presiden [Donald] Trump untuk menurunkan biaya bagi keluarga dan bisnis Amerika,” kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt dalam pernyataan kepada wartawan.

Namun, tinjauan lebih dalam mengungkap cerita yang berbeda. Harga naik di sektor yang sangat terdampak tarif, sementara turun di sektor yang tidak terpengaruh kebijakan tersebut.

“Kita benar-benar melihat perbedaan dalam data inflasi saat ini antara sektor yang sensitif terhadap impor dan yang tidak bergantung pada impor,” ujar Daniel Hornung, pakar MIT dan mantan wakil direktur Dewan Ekonomi Nasional, kepada Al Jazeera.

Dibandingkan tahun lalu, harga hotel turun 1,3 persen dan sewa mobil anjlok 2,9 persen seiring berkurangnya pengeluaran wisata warga AS. Namun, harga peralatan dan perangkat keras naik 1,6 persen, suku cadang mobil naik 0,9 persen, dan alas kaki melonjak 1,4 persen—semuanya barang impor yang terkena tarif.

MEMBACA  Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di Negara Berkembang

Data terbaru ini muncul setelah Trump memecat Erika McEntarfer, kepala Biro Statistik Tenaga Kerja, menyusul revisi data lapangan kerja yang menunjukkan penciptaan lapangan kerja jauh lebih rendah dari laporan awal.

Presiden berniat menggantikannya dengan EJ Antoni, ekonom dari Heritage Foundation yang turut menyusun Proyek 2025, agenda konservatif ekstrem.

Meski sempat menjaga jarak dari Proyek 2025 selama kampanye, Trump kini mengangkat beberapa penulisnya ke posisi kunci, termasuk Brenden Carr (Kepala FCC) dan Russell Vought (Kepala OMB).

Prospek ke Depan

Hornung meyakini data terbaru mencerminkan dampak tarif, dan diprediksi akan terus naik seiring kenaikan tarif untuk mitra dagang.

“Efeknya tidak langsung terlihat dalam satu bulan, tetapi kenaikan stabil selama beberapa bulan,” kata Hornung. “Bahkan bisa lebih lama karena cara tarif diterapkan—ada pengumuman tarif di April yang butuh waktu beberapa bulan sampai memengaruhi harga konsumen, lalu kenaikan bertahap lagi di Agustus yang efeknya baru terasa pada musim gugur.”

Di sektor swasta, perusahaan besar seperti Walmart dan Procter & Gamble sudah mengumumkan rencana menaikkan harga akibat tarif.

Menurut Hornung, inflasi yang tinggi dan pertumbuhan lapangan kerja yang melambat bisa memicu penurunan suku bunga pada September, saat Federal Reserve kembali rapat.

Di Wall Street, pasar merespons positif laporan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan. Dow Jones naik 1,1 persen, S&P 500 menguat 0,8 persen, dan Nasdaq juga naik 0,8 persen.