Kendali atas ekspor minyak yang menguntungkan merupakan titik perselisihan utama antara Baghdad dan wilayah Kurdistan, dengan pipa kunci ke Turkiye yang terhenti sejak 2023.
Diterbitkan Pada 27 Sep 2025
Bagikan ini di media sosial
share2
Irak telah melanjutkan ekspor minyak mentah dari wilayah semi-otonom Kurdistan ke Turkiye setelah sebuah kesepakatan sementara memecahkan kebuntuan selama dua setengah tahun terkait sengketa hukum dan teknis.
Kelanjutan ini dimulai pukul 06.00 waktu setempat (03.00 GMT), menurut pernyataan dari kementerian minyak Irak pada Sabtu. “Operasi dimulai dengan cepat dan berjalan sangat lancar tanpa adanya masalah teknis yang signifikan,” ungkap kementerian tersebut.
Rekomendasi Cerita
list of 4 itemsend of list
Menteri Energi Turkiye Alparslan Bayraktar juga mengonfirmasi perkembangan ini dalam sebuah postingan di X.
Kesepakatan antara pemerintah federal Irak, pemerintah regional Kurdistan (KRG), dan perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi di wilayah itu akan memungkinkan 180.000 hingga 190.000 barel per hari (bpd) minyak mentah dialirkan ke pelabuhan Ceyhan milik Turkiye, demikian disampaikan menteri minyak Irak kepada penyiar Kurdish Rudaw pada Jumat.
Kelanjutan ini menyusul perjanjian tripartit yang dicapai awal minggu ini antara kementerian, kementerian sumber daya alam wilayah Kurdish, dan perusahaan-perusahaan minyak internasional yang beroperasi di sana.
Amerika Serikat telah mendorong untuk restart ini, yang diharapkan pada akhirnya dapat mengembalikan hingga 230.000 bpd minyak mentah ke pasar internasional pada saat Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) meningkatkan output untuk merebut pangsa pasar. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyambut baik kesepakatan itu dalam sebuah pernyataan, dengan mengatakan bahwa hal itu “akan membawa manfaat nyata bagi baik rakyat Amerika maupun Irak.”
Delegasi Irak untuk OPEC, Mohammed al-Najjar, menyatakan bahwa negaranya dapat mengekspor lebih banyak dari sekarang setelah kelanjutan aliran melalui pipa Kirkuk-Ceyhan, ditambah dengan proyek-proyek lain yang direncanakan di pelabuhan Basra, demikian dilaporkan oleh kantor berita negara INA pada Sabtu.
“Negara-negara anggota OPEC berhak menuntut peningkatan dalam kuota [produksi] mereka, terutamanya jika mereka memiliki proyek yang meningkatkan kapasitas produksi,” ujarnya.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah Kurdistan akan menerima $16 per barel untuk menutupi biaya produksi dan transportasi. Kedelapan perusahaan minyak yang menandatangani kesepakatan dan otoritas Kurdish telah sepakat untuk bertemu dalam waktu 30 hari setelah ekspor berlanjut guna menyusun mekanisme penyelesaian utang tertunggak sebesar $1 miliar yang menjadi kewajiban wilayah Kurdistan kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
Kendali atas ekspor minyak yang menguntungkan telah lama menjadi sumber pertikaian antara Baghdad dan Erbil, dengan kesepakatan ini dipandang sebagai sebuah langkah menuju peningkatan pendapatan minyak Irak dan stabilisasi hubungan antara pemerintah pusat di Baghdad dan wilayah Kurdish.
Sebelumnya, ekspor minyak dijual secara independen oleh otoritas Kurdish, tanpa persetujuan atau pengawasan otoritas federal di Baghdad, melalui pelabuhan Ceyhan di Turkiye.
Pipa Kirkuk-Ceyhan dihentikan pada Maret 2023 ketika Kamar Dagang Internasional di Paris memerintahkan Turkiye untuk membayar ganti rugi sebesar $1,5 miliar kepada Irak atas ekspor tanpa izin yang dilakukan oleh otoritas regional Kurdish.
Asosiasi Industri Perminyakan Kurdistan, yang mewakili perusahaan-perusahaan minyak internasional di wilayah tersebut, memperkirakan kerugian bagi Irak sejak penutupan pipa itu mencapai lebih dari $35 miliar.