Di Wien, 2 potret Alexei Navalny di lukis dekat sebuah monumen untuk prajurit Soviet

DUA lukisan besar dari almarhum pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny telah disemprotkan cat semprot di sebuah properti yang dimiliki oleh keluarga mantan Menteri Luar Negeri Ceko di belakang monumen untuk tentara Soviet di Wina.

Lukisan-lukisan tersebut selesai pada hari Rabu di dinding di belakang monumen, yang sudah dicat dengan warna nasional biru dan kuning Ukraina setelah Rusia meluncurkan invasi penuh ke Ukraina pada tahun 2022. Dinding tersebut milik Palais Schwarzenberg, yang dimiliki oleh keluarga bangsawan mantan Menteri Luar Negeri Ceko Karel Schwarzenberg, yang meninggal pada bulan November.

Monumen yang menggambarkan seorang tentara Soviet dibangun setelah pasukan Soviet merebut Wina pada tahun 1945. Austria, yang diduduki oleh Jerman Nazi pada tahun 1938, dibagi menjadi zona pendudukan hingga negara tersebut diberikan kedaulatan penuh pada tahun 1955.

“Monumen ini memperingati korban-korban dari rezim diktator dan Pak Navalny adalah korban diktator yang jelas,” kata Maximillian Schaffgotsch dari yayasan keluarga Schwarzenberg kepada Austria Press Agency.

Navalny, yang memerangi korupsi resmi di Rusia dan mengadakan protes anti-Kremlin massal sebagai lawan terberat Presiden Vladimir Putin, meninggal pada tanggal 16 Februari di koloni hukuman Arktik tempat ia menjalani hukuman 19 tahun. Pejabat hanya mengatakan bahwa ia meninggal karena sebab alami.

Duo seniman grafiti Austria, Joel Gamnou, melukis potret-potret tersebut. Jonathan Gamperl, salah satu dari duo tersebut, mengatakan bahwa “sampai saat ini kami hanya mendapat umpan balik positif.”

KSORS, sebuah kelompok yang digambarkan oleh media Austria dekat dengan Kedutaan Besar Rusia, mengeluh dalam sebuah pos Facebook bahwa dinding di belakang monumen untuk tentara Soviet disalahgunakan untuk tujuan politik.

Tugu peringatan improvisasi untuk Navalny di depan kedutaan besar telah dua kali dihapus dalam dua minggu terakhir. Kejaksaan Wina sedang mempertimbangkan apakah akan membuka penyelidikan terhadap insiden-insiden tersebut, melaporkan APA.

MEMBACA  Di Hong Kong, Pegangan China Bisa Terasa Seperti 'Kematian oleh Seribu Sayatan'