Matt Murphy & Kevin Nguyen
BBC Verify
BBC
Kontraktor keamanan bersenjata dan bermasker di atas gundukan tanah mengawasi ribuan warga Palestina yang dikepung ke lorong-lorong sempit yang dipisahkan oleh pagar di bawahnya.
Ia membentuk simbol hati dengan tangannya, dan kerumunan merespons—pagar mulai melengkung saat mereka mendorongnya. Adegan riang ini direkam pada Selasa, hari pertama pembukaan pusat distribusi bantuan—jalur hidup penting bagi warga Gaza yang belum menerima pasokan segar selama lebih dari dua bulan akibat blokade Israel.
Namun pada sore harinya, situasi berubah menjadi kekacauan total. Video memperlihatkan pusat distribusi diserbu warga sipil yang putus asa hingga melindari penghalang yang rubuh; orang-orang terkejut mendengar suara tembakan.
Ini menjadi awal yang kacau bagi skema distribusi bantuan baru yang kontroversial, dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—badan baru yang didukung AS dan Israel. GHF ditugaskan memberi makan warga Gaza yang kelaparan. PBB menyatakan lebih dari dua juta orang berisiko mengalami kelaparan.
Telegram
Rekaman menunjukkan kontraktor membuat tanda hati ke warga Gaza di pusat distribusi. Di latar belakang, pagar terlihat melengkung.
Yayasan ini, yang menggunakan kontraktor keamanan AS bersenjata, bertujuan memotong PBB sebagai penyedia bantuan utama di Gaza. Ia dikritik dan diboikot oleh lembaga bantuan dan PBB. Namun Israel menyebut alternatif dibutuhkan untuk mencegah Hamas mencuri bantuan—klaim yang dibantah kelompok tersebut.
Untuk memahami hari-hari awal sistem distribusi baru ini, BBC Verify memverifikasi puluhan gambar dari lokasi distribusi, mewawancarai ahli kemanusiaan dan logistik, menganalisis data transportasi bantuan Israel, serta pernyataan resmi GHF, dan berbicara dengan warga Gaza yang mencari pasokan.
Kekacauan di Pusat Distribusi
GHF menyatakan targetnya memberi makan satu juta warga Gaza dalam pekan pertama melalui empat lokasi aman. Seorang juru bicara menyebut pada Jumat (hari keempat operasi) bahwa dua juta makanan telah didistribusikan. BBC belum bisa memverifikasi angka ini, yang berarti kurang dari satu porsi per orang selama empat hari. GHF tidak menanggapi pertanyaan tentang cara mereka melacak penerima bantuan.
Di video yang direkam di lokasi utara GHF dekat Nuseirat pada Kamis, terlihat warga Palestina berlari dari pagar setelah kontraktor GHF melempar proyektil yang meledak dengan suara keras, kilat, dan asap.
GHF dalam pernyataan menyebut personelnya "menghadapi kerumunan tegang dan berpotensi berbahaya yang menolak bubar." Mereka menggunakan "pencegah nonfatal seperti asap dan tembakan peringatan ke tanah" untuk mencegah eskalasi. "Tidak ada korban luka," klaim mereka—tapi BBC Verify belum bisa mengonfirmasi.
Malam itu, GHF memperingatkan via Facebook bahwa lokasi dengan penjarahan akan ditutup.
GHF bukan satu-satunya yang menghadapi tantangan. Sehari sebelumnya, gudang Program Pangan Dunia (WFP) dijarah hingga menewaskan beberapa orang. WFP menyebut tantangan kemanusiaan "sudah di luar kendali" dan mendesak akses bantuan yang aman ke Gaza segera.
Komunikasi GHF yang Tidak Terorganisir
Warga Palestina mengeluhkan operasi GHF tidak terkoordinasi. Kurangnya komunikasi memperparah kekacauan pekan ini. Misinformasi juga merajalela. BBC Verify menemukan setidaknya dua akun Facebook mengaku sebagai GHF, menyebarkan info tidak akurat tentang status pusat distribusi. Salah satunya (4.000+ pengikut) memposting klaim palsu bahwa bantuan dihentikan atau penjarahan marak.
Juru bicara GHF mengonfirmasi akun-akun itu palsu. Mereka telah meluncurkan kanal Facebook resmi—yang ternyata baru dibuat pada Rabu, sehari setelah operasi dimulai.
Menurut Oxfam dan warga Gaza, masyarakat mengandalkan informasi dari mulut ke mulut soal ketersediaan bantuan. "Semua orang lapar. Semua berkelahi untuk dapat makanan. Bagaimana kami bisa dapat apa-apa?" kata Um Mohammad Abu Hajar, yang gagal dapat bantuan pada Kamis.
Kekhawatiran Lembaga Bantuan
Oxfam mengkritik lokasi distribusi GHF sebagai "pengontrolan militer atas operasi bantuan." Penasihat kebijakan mereka, Bushra Khalidi, mempertanyakan akses kelompok rentan (seperti lansia) ke lokasi yang jauh dari pemukiman. Sebelum blokade, PBB memiliki 400 titik distribusi. GHF baru membuka empat.
"Desainnya sengaja memusatkan populasi dengan menjadikan sedikit lokasi sebagai satu-satunya sumber makanan," kata Chris Newton dari Crisis Group. "Anda bisa bertahan dengan mengikuti semua aturan mereka di sekitar situs ini, atau hampir mustahil selamat."
Kehadiran pengaman bersenjata dan tentara Israel di lokasi distribusi juga dikhawatirkan merusak kepercayaan terhadap operasi bantuan. Matt Murphy & Kevin Nguyen
"Lebih efektif jika kita bekerjasama dengan dan melalui masyarakat setempat… dibandingkan dengan menggunakan kekuatan senjata tentara bayaran," kata Prof Stuart Gordon dari London School of Economics.
Seorang juru bicara GHF menyatakan: "Kemampuan—dan kesiapan—kami untuk bertindak di bawah tekanan adalah alasan mengapa GHF tetap jadi salah satu dari sedikit organisasi yang masih bisa memberikan bantuan pangan kritis ke Gaza saat ini."
Gambar dan video dari saksi mata serta militer Israel menunjukkan bahwa kotak bantuan GHF terbatas pada makanan kaleng, pasta, beras, minyak goreng, serta beberapa biskuit dan kacang lentil.
"Bantuan kemanusiaan bukan sekadar kotak makanan yang diberi label ‘kemanusiaan’ lalu disebut bantuan kemanusiaan," ujar Ny. Khalidi.
Menurut Prof Gordon, bantuan yang diberikan kepada keluarga harus disertai dukungan medis, perlengkapan kebersihan, serta alat purifikasi air.
Sebuah dokumen 14 halaman dari GHF, yang dilihat BBC, menjanjikan pembagian air dan kit kebersihan di lokasi-lokasi tersebut.
Angkatan Pertahanan Israel
Pada Jumat, hanya satu dari empat lokasi GHF yang membagikan bantuan. Tempat itu buka kurang dari satu jam sebelum GHF mengumumkan di Facebook bahwa mereka telah tutup karena semua persediaannya "telah habis dibagikan."
Ketika ditanya BBC Verify mengapa hanya satu lokasi yang beroperasi dan mengapa kotaknya habis begitu cepat, juru bicara GHF menjawab bahwa pasokan "bervariasi setiap hari."
"Kabab baiknya, kami telah menyediakan dua juta makanan dalam empat hari dan akan meningkatkan jumlahnya dalam hari-hari serta minggu-minggu mendatang," kata juru bicara tersebut.
Namun, banyak yang pulang dari lokasi pembagian tanpa membawa kotak untuk keluarga mereka.
"Aku pulang dengan tangan kosong seperti saat aku diciptakan Tuhan," kata Hani Abed di luar pusat distribusi dekat Netzarim pada Kamis.
"Aku datang dengan tangan kosong dan pergi dengan tangan kosong."
Pelaporan dan verifikasi tambahan oleh Emma Pengelly, Rudabah Abbass, Alex Murray, Thomas Spencer, Benedict Garman, dan Richard Irvine-Brown.