130 Lembaga Amal Desak Penghentian Kelompok Bantuan Gaza yang Didukung Israel dan AS

Lebih dari 170 organisasi amal dan LSM lainnya menyerukan agar skema distribusi bantuan kontroversial di Gaza yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—didukung oleh Israel dan AS—dihentikan.

Menurut pernyataan bersama, lebih dari 500 warga Palestina tewas saat mencari bantuan sejak GHF beroperasi akhir Mei, ketika Israel sedikit melonggarkan blokade total selama 11 minggu.

Organisasi seperti Oxfam dan Save the Children menyatakan bahwa pasukan Israel dan kelompok bersenjata "rutin" menembaki warga Palestina yang mengantre bantuan.

Israel membantah pasukannya sengaja menembak penerima bantuan dan mengatakan sistem GHF memberikan bantuan langsung kepada yang membutuhkan, tanpa campur tangan Hamas.

GHF mengklaim telah mendistribusikan lebih dari 52 juta paket makanan dalam lima minggu dan menyebut organisasi lain "hanya berdiri tak berdaya saat bantuan mereka dijarah."

Pernyataan bersama dari beberapa LSM besar dunia menyatakan GHF melanggar semua norma kemanusiaan, termasuk memaksa dua juta orang masuk ke zona padat dan militerisasi dengan tembakan harian.

Sejak GHF beroperasi, hampir setiap hari ada laporan bahwa pasukan Israel membunuh pencari bantuan di lokasi tersebut—dari medis, saksi mata, dan kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Hingga Selasa, kementerian kesehatan melaporkan 583 orang tewas saat mencari bantuan sejak 26 Mei, termasuk 408 di dekat pusat distribusi GHF.

Sistem GHF menggantikan 400 titik distribusi bantuan yang berjalan selama gencatan senjata sementara Israel-Hamas, kini hanya tersisa empat lokasi di zona militer Israel yang dikelola kontraktor keamanan AS—tiga di barat daya Gaza dan satu di tengah Gaza.

"Kini, warga Gaza dihadapkan pada pilihan mustahil: kelaparan atau risiko ditembak saat berusaha mendapatkan makanan untuk keluarga," tulis LSM dalam pernyataan bersama.

MEMBACA  Di Riyadh, Lalu Doha, Menteri Luar Negeri Jerman Serukan Penurunan Ketegangan

"Anak yatim dan pengasuh termasuk korban tewas, dengan lebih dari separuh serangan di lokasi ini melukai anak-anak."

Menanggapi kritik, juru bicara GHF berkata, "Kami telah mendistribusikan 52 juta makanan dalam lima minggu—bukan sekadar wacana, tapi makanan yang benar-benar sampai setiap hari."

"Sementara organisasi lain tak berdaya lihat bantuan mereka dijarah. Kami tawarkan bantu, mereka tolak."

Mereka menambahkan, "Komunitas kemanusiaan harus fokus pada misi utama—memberi makan—bukan mempertahankan sistem usang atau takut perubahan."

Jumat lalu, Sekjen PBB António Guterres menyebut sistem distribusi GHF "pada dasarnya tidak aman" dan "membunuh orang."

Sejak awal, PBB menentang rencana ini karena akan "memiliterisasi bantuan," mengabaikan jaringan distribusi PBB, dan memaksa warga Gaza menempuh perjalanan berbahaya demi makanan.

Militer Israel mengaku sedang menyelidiki laporan warga sipil "terluka" di dekat pusat distribusi GHF.

Menurut laporan Haaretz, sejumlah prajurit IDF tanpa nama mengaku diperintahkan menembak warga tak bersenjata di lokasi bantuan untuk mengusir mereka.

PM Israel Benjamin Netanyahu membantah laporan ini sebagai "kebohongan jahat."

Militer Israel juga menyangkal tembakan sengaja ke warga Palestina yang mengantre bantuan.

Dalam pernyataan Senin, IDF mengatakan sedang memperbaiki akses ke lokasi dengan "pagar" baru dan rambu peringatan untuk meningkatkan respons operasional.

GHF menanggapi laporan Haaretz bahwa "tidak ada insiden atau korban jiwa di atau dekat pusat distribusi kami."

170+ LSM menyebut sistem GHF "bukan respons kemanusiaan" bagi warga Gaza.

"Di tengah kelaparan parah, banyak keluarga kini terlalu lemah untuk berebut jatah makanan," kata mereka.

Militer Israel melancarkan serangan di Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

MEMBACA  Peta dan Diagram Fungsilar Lisboa yang Alami Kecelakaan

Menurut kementerian kesehatan Gaza, setidaknya 56.647 orang tewas sejak saat itu.