Trump Terbuka untuk Pergantian Rezim di Iran, Setelah Pemerintahannya Sebut Itu Bukan Tujuan

Presiden Donald Trump pada hari Minggu mempertanyakan masa depan teokrasi Iran setelah serangan mendadak ke tiga situs nuklir negara itu, seolah-olah bertentangan dengan ajakan sebelumnya dari pemerintahannya untuk melanjutkan negosiasi dan menghindari eskalasi konflik.

“Tidak sopan pakai istilah ‘Ganti Rezim,’ tapi kalau Rezim Iran sekarang tidak bisa BIKIN IRAN HEBAT LAGI, kenapa nggak ganti rezim???” tulis Trump di media sosial. “BIHL!!!”

Postingan di Truth Social ini agak bertolak belakang dengan konferensi pers Menteri Pertahanan Pete Hegseth pagi harinya yang menjelaskan soal serangan udara.

“Misi ini bukan dan tidak pernah tentang ganti rezim,” kata Hegseth.

Pemerintah AS sudah jelas ingin Iran berhenti kembangkan senjata nuklir. Menteri Luar Negeri Marco Rubio bahkan peringatkan di Fox News bahwa balasan Iran atau usaha mereka bikin senjata nuklir bisa “bahayakan rezim mereka.”

Tapi selain itu, dunia sedang di tengah ketidakpastian di momen genting yang bisa menentukan apakah sebagian dunia akan perang atau temukan jalan untuk damai. Peringatan Trump ke pemimpin Iran muncul saat AS minta Iran tidak balas serangan ke jantung program nuklir yang sudah dikembang puluhan tahun.

Pemerintah Trump terus keluarkan pernyataan mengancam sambil ajak negosiasi, bikin susah nebak apakah presiden AS cuma menggoda lawan atau pakai kata-kata panas yang bisa melebarkan perang Israel-Iran yang mulai awal bulan ini.

Sebelum postingan Trump, pesan terkoordinasi dari wakil presiden, menteri pertahanan, penasihat militer, dan menteri luar negerinya tunjukkan keyakinan bahwa dampaknya bisa dikontrol dan Iran yang lemah militernya akhirnya akan kembali ke meja perundingan.

Hegseth bilang AS “tidak cari perang” dengan Iran, sementara Wakil Presiden JD Vance bilang serangan ini kasih Tehran kesempatan untuk kembali negosiasi dengan Washington.

MEMBACA  Manajer aset berlomba untuk mendirikan dana pertahanan Eropa

Tapi situasi ini tidak sepenuhnya dikontrol AS, karena Iran punya banyak cara untuk balas serangan udara yang bisa picu konflik lebih besar di Timur Tengah dengan dampak global. Iran bisa blokir minyak di Selat Hormuz, serang pangkalan AS, lakukan serangan siber, atau percepat program nuklir yang mungkin jadi lebih penting setelah serangan AS.

Ini semua bikin orang bertanya: apakah serangan ini akan buka fase perang lebih brutal atau malah hidupkan kembali negosiasi karena hati-hati? Di dalam AS, serangan ini cepat jadi isu politik, dengan Trump gunakan hari Minggunya untuk serang kritikusnya di Kongres.

Trump, yang sudah berpidato dari Gedung Putih Sabtu malam, kembali ke media sosial Minggu untuk kritik Rep. Thomas Massie yang keberatan presiden ambil aksi militer tanpa persetujuan Kongres.

“Kita sukses besar kemarin, ambil ‘bom’ dari tangan mereka (dan mereka akan pakai kalau bisa!)” tulis Trump di Truth Social.

Apa kata tim keamanan nasional Trump

Di briefing Pentagon, Hegseth dan Jenderal Angkatan Udara Dan Caine bilang “Operation Midnight Hammer” pakai tipuan dan tidak ada perlawanan dari Iran.

Caine bilang tujuan operasi—hancurkan situs nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan—sudah tercapai.

“Kerusakan akhir butuh waktu, tapi penilaian awal tunjukkan ketiga situs rusak parah,” kata Caine.

Vance bilang di wawancara TV bahwa dia “sangat yakin kita sudah tunda pengembangan senjata nuklir mereka.”

Dia tambah, “Saya pikir program mereka mundur jauh. Butuh waktu bertahun-tahun sebelum Iran bisa bikin senjata nuklir.”

Wapres bilang AS sudah “negosiasi keras” dengan Iran untuk cari penyelesaian damai, dan Trump ambil keputusan setelah nilai Iran tidak bertindak “dengan itikad baik.”

MEMBACA  Trump mengatakan Musk, Ramaswamy akan memimpin upaya efisiensi pemerintah.

Rubio bilang di CBS, “Tidak ada operasi militer rencanakan ke Iran sekarang, kecuali mereka berani serang” kepentingan AS.

Reaksi Iran dan negara lain

Dunia sedang cerna dampak serangan dan risiko perang lebih luas di Timur Tengah setelah AS ikut campur dalam perang Israel-Iran. Serangan Israel tanggal 13 Juni targetkan fasilitas nuklir dan jenderal Iran, picu balasan Iran dan rangkaian peristiwa yang berujung serangan AS.

Sementara pejabat AS bilang hanya target nuklir yang diserang, Iran kecam aksi ini sebagai pelanggaran kedaulatan dan hukum internasional.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, bilang AS “bertanggung jawab penuh” atas respon Tehran.

“Mereka langgar batas besar dengan serang fasilitas nuklir,” katanya di Turki. “Saya tidak tahu berapa ruang diplomasi yang tersisa.”

China dan Rusia kecam aksi militer AS. Rusia bilang ini “pelanggaran besar hukum internasional” dan desak penyelesaian lewat diplomasi. Turki peringatkan risiko konflik meluas ke “tingkat global.”

PM Inggris Keir Starmer bilang Inggris gerakkan peralatan militer untuk lindungi kepentingan dan sekutu. Dia bicara dengan Trump tentang perlunya Iran kembali negosiasi, tapi Trump tetap posting soal ganti rezim setelah percakapan mereka.