Trump Organization memperingatkan penjual bahwa hanya ada satu tempat untuk dapatkan merchandise Trump. Mereka menggunakan strategi hukum yang kontroversial untuk menindak penjual palsu.
Perusahaan milik Donald Trump mengajukan gugatan terhadap penjual tak bernama di pengadilan Florida, Jumat lalu. Mereka menuduh pedagang di platform seperti Walmart, Amazon, dan eBay menjual barang tiruan seperti cangkir, baju bayi, kaos, dan lain-lain dengan merek Trump.
“Defendan secara tidak sah mengiklankan, memasarkan, dan/atau menjual produk ilegal yang melanggar merek dagang Trump,” bunyi keluhan itu. “Dengan menjual barang palsu, mereka menipu konsumen dan menyebabkan kebingungan di pasar.”
Menjual barang Trump ternyata menguntungkan. Sekitar 9.000 penjual di Amazon mendapat pendapatan hampir $140 juta sebelum pemilu, menurut data Omnisend.
Strategi hukum yang kontroversial
Cara Trump Organization menggugat penjual ini bikin ahli hukum bertanya-tanya. Mereka pakai kasus Schedule A—trend hukum yang populer karena bisa menghindari biaya tinggi dan dapat uang dari penyelesaian kasus.
Kasus ini memungkinkan penggugat menuntut banyak terdakwa sekaligus tanpa sebut nama. Biasanya, terdakwa adalah penjual luar negeri. Strategi ini membuat penggugat hemat biaya.
Hakim punya kuasa besar dalam kasus Schedule A. Menurut Sarah Fackrell, profesor hukum di Chicago-Kent, penggugat sering menggambarkan terdakwa sebagai penjahat agar hakim membekukan akun mereka—tanpa memberi tahu terdakwa.
Korban biasanya baru tahu saat akun mereka dibekukan. Karena susah cari bantuan hukum, banyak yang memilih bayar damai daripada melawan.
“Bayangkan, tiba-tiba akun Amazon-mu dibekukan tanpa tahu kenapa,” kata Fackrell. “Ini bikin orang takut dan memilih setel atau menyerah.”
Dalam satu kasus, bisa ada sampai 1.000 terdakwa. “Ini sangat tidak biasa,” ujarnya.
Masalah proses hukum
Yang meresahkan, banyak penjual hanya dapat email bahwa akun mereka dibekukan. Beberapa bahkan tak sadar mereka jadi terdakwa. Menurut Fackrell, tidak semua penjual ini penipu ulung—ada yang hanya pedagang kecil. Tapi karena sistem Schedule A, mereka dihukum sama seperti penjual besar.
“Banyak alasan untuk khawatir soal keadilan di sini,” kata Fackrell. “Mereka seperti dipaksa, entah bersalah atau tidak.”
Contohnya, seorang wanita di Florida disuruh bayar $250.000 setelah jual tumbler bergambar Luke Combs senilai $360. Dia bilang tidak lihat pemberitahuan hukum karena ada di folder spam, dan saat itu sedang di rumah sakit.
Luke Combs minta maaf dan tawarkan bantu bayar tagihan medisnya setelah tahu kasus ini.
Kenapa sekarang?
Sulit tahu berapa uang yang didapat dari kasus Schedule A karena banyak yang rahasia. Tapi Fackrell bilang, beberapa pengacara mengaku ini cara dapat uang.
“Beberapa penggugat melihat ini sebagai sumber pendapatan alternatif,” jelasnya.
Amy Landers, profesor hukum di Drexel University, bilang alasannya tidak jelas. Beberapa merek malah biarkan orang jual barang tidak resmi karena itu bisa jadi iklan gratis.
Tapi merek mewah seperti Chanel dan Louis Vuitton sering menggugat agar merek mereka tidak jadi biasa.
Yang aneh, merchandise Trump palsu sudah ada lebih dari 10 tahun. Kenapa baru sekarang ditindak?
“Kalau dibiarkan, merek bisa jadi biasa,” kata Landers. “Tapi ini aneh, karena baru sekarang ada penegakan hukum.”
Trump Organization tidak memberi komentar.