Thomas Wolf, ilmuwan utama Hugging Face, bilang sistem AI sekarang kecil kemungkinannya untuk membuat penemuan ilmiah yang diharapkan oleh lab-lab ternama.
Dalam wawancara dengan Fortune di Viva Technology di Paris, pendiri Hugging Face ini mengatakan bahwa meskipun model bahasa besar (LLM) punya kemampuan bagus untuk menemukan jawaban, mereka kurang bagus dalam menanyakan pertanyaan yang tepat—bagian yang lebih rumit dalam kemajuan sains sejati.
“Di sains, bertanya itu susah, bukan nemu jawabannya,” kata Wolf. “Kalau pertanyaannya udah diajukan, sering jawabannya mudah, tapi bagian susah adalah bertanya, dan model AI gak bagus dalam nanya pertanyaan hebat.”
Wolf bilang dia dapat kesimpulan ini setelah baca posting blog populer oleh CEO Anthropic, Dario Amodei, berjudul Machines of Loving Grace. Di situ, Amodei bilang dunia akan melihat abad ke-21 “dipendekkan” jadi beberapa tahun karena AI mempercepat sains secara drastis.
Wolf bilang awalnya dia terinspirasi tapi mulai ragu dengan visi idealis Amodei setelah baca kedua kalinya.
“Katanya AI bakal selesaikan kanker, masalah kesehatan mental—bahkan bawa perdamaian dunia, tapi pas kubaca lagi, aku sadar ada yang salah dan aku gak percaya itu,” ujarnya.
Menurut Wolf, masalahnya bukan AI kurang pengetahuan, tapi AI gak bisa tantang kerangka pengetahuan yang udah ada. Model AI dilatih untuk prediksi kelanjutan yang mungkin, seperti kata berikutnya dalam kalimat. Meski sekarang model bisa tiru nalar manusia, mereka kurang dalam pemikiran orisinal.
“Model cuma mencoba prediksi hal yang paling mungkin,” jelas Wolf. “Tapi di penemuan besar atau seni, yang dibutuhkan bukan yang paling mungkin, tapi yang paling menarik.”
Dia kasih contoh permainan Go, yang jadi tonggak sejarah AI saat AlphaGo dari DeepMind kalahkan juara dunia tahun 2016. Wolf bilang, meski menguasai aturan Go itu hebat, tantangan sesungguhnya adalah menciptakan permainan serumit itu. Di sains, itu sama kayak nanya pertanyaan orisinal.
Wolf pertama kali sampaikan ide ini di blog berjudul The Einstein AI Model awal tahun ini. Dia tulis: “Untuk ciptakan Einstein di data center, kita butuh sistem yang bukan cuma tahu semua jawaban, tapi bisa nanya pertanyaan yang belum pernah dipikirkan orang.”
Dia bilang, yang kita punya sekarang cuma model yang kayak “orang yang selalu setuju di server”—selalu sepaham, tapi gak bisa tantang asumsi atau pikir ulang ide dasar.