Saham Energy Transfer (ET) mengalami performa buruk di tahun 2025 dan turun 9,2% sepanjang tahun ini. Saham ini kalah dibandingkan banyak perusahaan midstream sejenis, dan returnnya ketinggalan dari ETF Alps Alerian MLP (AMLP) yang justru naik tahun ini.
Satu hal yang menghibur investor Energy Transfer adalah dividen yield-nya yang tinggi, saat ini hampir 7,5% setelah perusahaan menaikkan pembayaran kuartalan bulan lalu. Artikel ini akan membahas apakah saham ET siap rebound setelah performa buruk sepanjang tahun.
Pertama, mari kita lihat alasan investasi di perusahaan midstream yang bergerak di bidang transportasi, penyimpanan, dan pengolahan produk energi. Meski industri energi midstream tidak tumbuh pesat, ada dua faktor yang bisa mendukung pertumbuhan lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan. Pertama adalah kecerdasan buatan (AI), di mana perusahaan teknologi meningkatkan investasi, termasuk pusat data yang boros listrik—ini bisa jadi angin segar untuk sektor energi.
Kedua adalah kebijakan perdagangan dan tarif Presiden Donald Trump. AS berusaha meningkatkan ekspor pertahanan dan energi untuk mengurangi defisit perdagangan dengan mitra dagangnya. Kita sudah lihat ini terjadi dengan UE, dan hal serupa mungkin terjadi saat AS akhirnya menandatangani kesepakatan dagang dengan Cina dan India, dua importir energi terbesar dunia.
Namun, meski fundamental terlihat positif, saham midstream energi belum benar-benar pulih di 2025. Ini sebagian karena kinerja bagus tahun lalu, di mana saham midstream, termasuk ET, memberikan return kuat karena harapan kebijakan positif di era Trump.
Meski saham midstream umumnya lesu tahun ini, kinerja buruk ET mencolok. Untuk perusahaan seperti Energy Transfer, pertumbuhan tambahan berasal dari akuisisi atau proyek baru. ET melaporkan kenaikan EBITDA 13% tahun-ke-tahun di 2024, terutama karena akuisisi Crestwood Equity Partners dan WTG Midstream. Tapi, perusahaan memperkirakan pertumbuhan EBITDA hanya 5% di 2025 karena tidak ada dorongan dari pertumbuhan inorganik seperti tahun lalu.
Namun, pertumbuhan ET seharusnya membaik dalam beberapa kuartal ke depan. Perusahaan berencana mengeluarkan $5 miliar untuk belanja modal di 2025, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Mayoritas proyek ini akan beroperasi tahun depan, dan pendapatannya akan meningkat di 2026 dan 2027. Energy Transfer memperkirakan pertumbuhan tetap kuat hingga akhir dekade ini seiring ekspansi portofolionya.
Proyek ekspansi Nederland Flexport akan meningkatkan kapasitas ekspor perusahaan. ET berencana memulai layanan ekspor etilen dari Terminal Nederland di kuartal terakhir tahun ini.
Saham ET diperdagangkan di level EV/EBITDA 8,6x, yang menurut saya cukup wajar, apalagi dengan neraca kuat dan pertumbuhan yang diharapkan dari permintaan AI serta peluang ekspor energi.
Analis juga sepakat bahwa saham ET undervalued. Bulan lalu, analis TD Cowen Jason Gabelman memberi rating "Buy" dengan target harga $22, menyebut saham ini diperdagangkan di level yang "tidak terlalu mahal."
Dari 14 analis yang melacak ET, 13 memberi rating "Strong Buy" dan 1 "Hold." Harga target rata-rata ET adalah $22,67, dengan target tertinggi $25. Bahkan, ET diperdagangkan di bawah target terendahnya yaitu $19—menunjukkan betapa terpuruknya saham ini tahun ini.
Secara keseluruhan, saya percaya setelah kinerja buruk sepanjang tahun, saham Energy Transfer bisa mengejar ketinggalan, dan dengan dividen 7,5% yang sehat, bisa memberikan return tahunan dua digit dalam beberapa tahun ke depan.
Pada tanggal publikasi, Mohit Oberoi tidak memiliki posisi (langsung/tidak langsung) dalam sekuritas yang disebutkan. Artikel ini hanya untuk informasi dan awalnya diterbitkan di Barchart.com.