Risiko Nyata Resesi dan Poin-Poin Penting Tentang Ekonomi AS Saat Ini

Versi bahasa Indonesia (tingkat B1) dengan beberapa kesalahan kecil:

Sebelumnya, aku bilang ke Caleb kalo aku optimis dalam jangka panjang, tapi hati-hati dalam jangka pendek. Ini karena meskipun aku yakin investasi di pasar saham bagus, aku sadar ekonomi sering resesi dan saham sering koreksi. Itu udah bagian dari permainan.

Dengerin obrolan lengkapnya di Investopedia, Apple Podcasts, atau Spotify!

Ketika kita menghadapi risiko, kadang rasanya seperti keadaan paling buruk. Mungkin kita cuma lupa masa lalu. Pas aku baca sejarah atau catatan lama, aku inget kalo kejadian dulu sebenarnya lebih parah dari yg kita bayangin atau ingat. Bahkan sering lebih buruk dari yg kita alami sekarang.

Seseorang baru-baru ini nyinggung soal tumpahan minyak Deepwater Horizon tahun 2010. Aku kira itu cuma berlangsung beberapa haru—mungkin semingguan. Ternyata, sumur itu bocor selama 3 bulan sebelum akhirnya ditutup sementara, dan butuh 2 bulan lagi buat benar-benar diamankan.

Ingatan kita aneh. Kita punya banyak kenangan buruk. Tapi makin jauh dari kejadian itu, makin kita lupa seberapa buruk sebenarnya. Mungkin ini bagus buat kesehatan mental.

Tapi makin kita lupa, makin besar risiko kita berpikir kalo masalah sekarang lebih buruk dari biasanya. Ini disebut bias recency. Tapi bisa juga berlaku buat hal positif. Kalau nggak hati-hati, salah paham ini bisa bikin salah ambil keputusan investasi.

Obrolan ini muncul waktu aku ngobrol sama Barry Ritholtz di podcast Bloomberg At The Money. Dengarkan di Bloomberg, Spotify, Apple Podcasts, atau YouTube!

Semakin sering kita dengar perusahaan melakukan PHK, dan manajemen sering bilang kalo teknologi AI mengganggu bisnis mereka.

Ryan Detrick dan Sonu Varghese dari Carson Group bahas AI waktu aku jadi tamu di podcast Facts vs. Feelings. Aku cerita krisis eksistensial kecil soal AI:

MEMBACA  Lukisan Potret karya Gustav Klimt Terjual seharga $32 juta di Lelang Vienna | Berita Seni dan Budaya

"Teknologi ini bakal ngirit waktu, uang, dan sakit kepala. Kualitasnya makin bagus dengan cepat. Siapa pun yg udah coba AI tahu, semakin dicek, semakin akurat. Ini masalah buat yg nyediain informasi—mereka punya ruang redaksi, bayar sewa, dll!"

Kadang aku pake Google buat cari topik, bahkan tulisan lamaku. Tapi sekarang muncul ringkasan yg lebih bagus dari yg aku tulis sendiri! Banyak perusahaan media bergantung pada traffic dari pencarian Google. Sekarang pembaca lebih suka baca ringkasan AI daripada klik ke konten aslinya.

Tapi sejarah banyak kasus di mana terobosan teknologi mengganggu industri, tapi akhirnya mendukung barang & jasa yg tetap dibutuhkan. Microsoft Excel hapus banyak pekerjaan pembukuan, tapi malah bikin lapangan kerja analisis keuangan meningkat. Roti murah ada di mana-mana, tapi pasar roti artisan tetap besar. Mobil & ride-sharing banyak, tapi permintaan sepeda makin tinggi.

Aku yakin AI bakal mengambil alih pekerjaan repetitif. Tapi di tengah perubahan ini, bakal tetap ada permintaan utk produk & layanan yg punya sentuhan manusia. Malah, nilai intangible dari produk kayak gini bakal makin dihargai.

Dengarkan diskusi lengkapnya di CarsonGroup.com, Spotify, Apple Podcasts, atau YouTube!

Jared Blikre & Sydnee Fried ngajak aku ke podcast Yahoo Finance Stocks In Translation. Sebelum rekaman, Jared nanya apa yg bakal aku lakukan kalo nggak jadi penulis pasar saham. Aku nggak pernah mikirin itu. Mungkin karena cuaca panas, langsung kepikiran buka toko es krim di kota kecil.

Lalu Jared nanya sesuatu yg nggak terduga:

"Bayangkan pertarungan dua jenis es krim. Di kiri, ada gelato—mahal, eksklusif, untungnya besar. Di kanan, ada soft serve—murah, cepat, volume tinggi. Kalau ada badai ekonomi, mana yg menang?"

MEMBACA  Bareskrim Memperlihatkan Foto Ijazah Asli dan Jokowi saat Kuliah di UGM, Begini Penampakannya

Mungkin ini pertanyaan soal gaya investasi. Mungkin juga soal es krim.

Aku jawab, "Sebagai orang yg promosikan diversifikasi & investasi indeks, kenapa harus pilih salah satu? Kenapa nggak dua-duanya? Kalau satu gagal, masih ada yg lain. Risiko berkurang."

Ada saat-saat di mana keyakinan tinggi dan kita bisa all-in di suatu investasi. Tapi kalau nggak mau kehilangan semuanya dan diversifikasi mungkin, lebih baik pilih diversifikasi.

Apalagi di pasar saham, di mana mayoritas saham underperform dan keuntungan pasar didorong oleh beberapa saham yg sulit diidentifikasi.

Dengarkan obrolan lengkapnya di Yahoo Finance, Apple Podcasts, Spotify, atau YouTube!

Aku lama kerja di industri berita. Di sini, redaktur senior selalu minta cerita baru. Tapi di investasi, sejarah & pelajarannya sering berulang.

Bahkan, hampir semua cerita penting di pasar saham terkait salah satu dari 10 tema. Makanya, tulisanku banyak pengulangan.

Ini muncul waktu ngobrol sama Joe Fahmy di podcast Joe’s Happy Hour. Kami juga bahas soal kuliah jurusan agama. Aku inget ada paralel antara agama & investasi:

"Kita harus ingatkan diri sendiri dengan data. Kebanyakan yg aku tulis tentang volatilitas pasar selalu melibatkan statistik kayak: dalam tahun baik, ada penurunan besar. Atau dalam jangka pendek, peluang return positif kecil dibanding jangka panjang. Kita harus terus mengulanginya."

Ini mirip agama. Buku paling laris sepanjang masa adalah Alkitab. Aku besar di Louisville, Kentucky, di keluarga religius. Setiap Minggu ke gereja, dan pelajarannya selalu dari teks yg sama. Berapa kali kita dengar cerita Bahtera Nuh atau Daud vs Goliat? Tapi cerita itu diulang terus karena orang perlu dengar.

Sama kayak investasi & pasar keuangan.

MEMBACA  Paspor 'emas' Malta dijual kepada warga Rusia dengan kaitan perang Ukraina

Aku yakin banyak pembaca sadar aku sering ulang statistik, sejarah, & perspektif yg sama. Bukan karena kehabisan ide, tapi karena pelajaran dasar itu relevan dengan perkembangan baru di pasar & ekonomi.

Buat aku, mengulang itu penting. Karena entah kenapa, gampang lupa pas lagi panik menghadapi penurunan pasar atau resesi.

Dengarkan obrolan lengkap dengan Joe di Spotify, Apple Podcasts, atau YouTube!

Beberapa poin data penting sejak review terakhir:

  • Pasar tenaga kerja tetap tambah lapangan kerja (+147rb di Juni).
  • Total pekerjaan mencapai rekor 159,7 juta, naik 7,4 juta dari sebelum pandemi.
  • Tingkat pengangguran turun jadi 4,1%, masih di level terendah 50 tahun.
  • Upah naik 3,7% year-over-year, lebih rendah dari sebelumnya.
  • Lowongan kerja naik jadi 7,77 juta di Mei.
  • PHK rendah (1,6 juta di Mei, cuma 1% dari total pekerjaan).

    Dengarkan Stocks in Translation di Apple Podcasts, Spotify, atau platform favoritmu!

    Versi artikel ini pertama muncul di TKer.co