Waktu Steve Magami jelaskan tentang blueberrynya, dia kedengerannya bukan seperti petani, tapi lebih kayak sales mobil mewah.
“Buahnya ‘meletus’ waktu kamu gigit,” kata CEO Fruitist ini ke Fortune. “Blueberry-nya sangat padet dan renyah. Kamu harus coba sendiri untuk tau, karena kita belum pernah lihat blueberry seperti ini sebelumnya.”
Perusahaan Magami, Fruitist, jual blueberry yang sangat besar – “tidak sebesar bola golf,” dia jelaskan, “tapi hampir.” Produk barunya, “Legends” Super Jumbo, sangat laku di toko-toko seperti Trader Joe’s, Whole Foods, Sprouts, dan bahkan Erewhon yang disukai selebriti.
Kesuksesan ini bikin Fruitist jadi merk berry bernilai miliaran dollar, didukung oleh keluarga Ray Dalio dan JPMorgan Asset Management, yang baru saja investasi $150 juta ke perusahaan. Magami tidak mau komentar tentang investasi Dalio, tapi dia bilang bahwa pihak Dalio “tidak sering investasi di banyak hal secara publik, jadi kami sangat bangga.”
Satu lagi partner yang dibanggakan Magami: pemain football Chicago Bears, Caleb Williams, yang baru-baru ini jadi pemain NFL pertama yang membuat beberapa touchdown dalam satu game. Kemitraan Williams dengan Fruitist diumumkan awal musim gugur ini.
“Itu game yang bersejarah buat dia,” kata Magami sambil tersenyum. “Luar biasa. Kami senang dia bisa bantu kami menyebarkan pesan.”
Pesan itu jelas dan simple: ambil sesuatu yang biasa – blueberry – dan buat jadi lebih konsisten.
“Kami mau akhiri ‘berry roulette’,” kata Magami. “Satu hari kamu beli dan rasanya enak. Besoknya mungkin lembek, atau berjamur, atau hambar. Kami mau bangun merk yang jamin pengalaman bagus setiap kali.”
Pencarian ini mulai dari bidang private equity. Magami menghabiskan sepuluh tahun pertama karirnya danai proyek biofuel, sebelum sadar logika yang sama tentang optimisasi bisa dipakai untuk makanan. Dia lihat kesempatan untuk buka “potensi varietas baru elite”: blueberry yang dibiakkan untuk rasa dan kekerasan maksimal. Buat yang suka hidup sehat, jangan khawatir: membiakkan blueberry besar berbeda dengan menyuntikkan GMO, seperti yang mungkin dilakukan merk biasa.
Blueberry biasa biasanya dibuat dan dikirim secara sembarangan, kata Magami, tanpa tanggung jawab atas kualitas. Petani kecil kirim buah ke pengepul, yang jual ke distributor, yang jual ke toko, artinya tidak ada keselarasan – pengepul dan distributor “tidak ikut merasakan risikonya,” kata Magami.
“Itu menghambat inovasi,” tambahnya. “Ini industri yang lama tertidur dengan margin kecil.”
Model Fruitist ubah hierarki itu. Perusahaan ini menguasai rantai pasok penuh, dari varietas khusus – paten pada blackberry tertentu – sampai kebun global dan logistik berbasis data.
Buat perusahaan yang terobsesi dengan kesempurnaan, logistiknya sangat rumit. Fruitist punya kebun di delapan negara, dari pantai Peru yang seperti “rumah kaca alami” sampai Oregon, Maroko, Mesir, dan provinsi Yunnan di Cina. Tujuannya adalah supply sepanjang tahun tanpa hambatan.
“Kami bangun infrastruktur, fondasi data, dan sekarang bahkan algoritma yang bantu prediksi kualitas dan hasil panen terbaik,” kata Magami.
Ini adalah gambaran langka startup non-AI yang sukses di tahun 2025. Startup AI menyerap 63% dana venture-capital di 2025, menciptakan pasar terbelah di mana startup tradisional harus berjuang keras. Tapi Wall Street yakin kombinasi teknologi, pertanian, dan pemasaran yang dipunyai Fruitist artinya mereka bisa berkembang lebih dari sekedar buah.
Perusahaan ini saat ini jual di lebih dari 12,000 toko dan 40 negara. Investasi JPMorgan akan dipakai untuk perluasan operasi di delapan negara itu, bangun infrastruktur penyimpanan dingin, dan otomatisasi proses panen dan distribusi.
“Dunia lagi suka ngemil yang tidak sehat”
Blueberry Fruitist mungkin kelihatan seperti buah biasa, tapi Magami bersikeras itu adalah bagian dari revolusi camilan.
“Dunia lagi suka ngemil yang tidak sehat,” katanya. “Kami lihat kesempatan untuk bawa sesuatu yang lebih baik. Ini bernutrisi, enak, dan mudah dimakan sambil jalan.”
Untuk itu, Fruitist baru saja luncurkan “Snack Cups,” yaitu kemasan kecil blueberry segar. Riset internal perusahaan menunjukkan sektor camilan sehat bisa mencapai $100 miliar dari pasar camilan global $800 miliar.
Bahkan tren obat GLP-1 sekarang menguntungkan Fruitist.
“Data menunjukkan pengguna GLP-1 makan hampir semua makanan lebih sedikit, kecuali buah dan sayur,” kata Magami. “Mereka mau terlihat dan merasa lebih baik.”
Kualitas premium ini ada harganya: sekitar $5 sampai $8 untuk kemasan jumbo, dan $10 sampai $12 untuk “Legends” Super Jumbo. Harga rata-rata blueberry pada 2024 adalah sekitar $4 per pon, menurut data USDA.
Tapi Magami berargumen yang bikin konsumen setia adalah konsistensi, bukan kemewahan, dan orang mau bayar lebih agar tidak harus main “berry roulette.”
“Kami mau konsumen merasa ini produk yang bisa diandalkan setiap minggu sepanjang tahun,” kata Magami.