Penyelidikan penerbangan turbulensi di Singapura menemukan penurunan ketinggian tajam yang menyebabkan cedera oleh Reuters

Temuan awal dari penyelidikan terhadap penerbangan Singapore Airlines (OTC:) yang terkena turbulensi parah minggu lalu menunjukkan perubahan cepat dalam gaya gravitasi dan penurunan ketinggian 54 meter yang menyebabkan cedera, kata kementerian transportasi Singapura pada hari Rabu.

Satu penumpang meninggal karena diduga serangan jantung dan puluhan lainnya terluka setelah Penerbangan SQ321 Singapore Airlines, yang terbang dari London ke Singapura, mengalami turbulensi tiba-tiba dan ekstrem saat terbang di atas Myanmar. Kementerian mengatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung.

Penerbangan SQ321 London-Singapura dengan pesawat Boeing (NYSE:) 777-300ER yang membawa 211 penumpang dan 18 awak pesawat dialihkan ke Bangkok untuk pendaratan darurat setelah pesawat terhempas oleh turbulensi yang menghempaskan penumpang dan awak pesawat ke sekitar kabin, menabrak beberapa di langit-langit.

“Pesawat mengalami perubahan cepat dalam G (gayagravitasi)… Hal ini kemungkinan menyebabkan penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman terlempar,” demikian keterangan kementerian dalam sebuah pernyataan, mengutip laporan dari Biro Investigasi Keselamatan Transportasi Singapura.

“Akselerasi vertikal berubah dari -1,5G menjadi +1,5G dalam waktu 4 detik. Hal ini kemungkinan menyebabkan penumpang yang terlempar untuk jatuh kembali.

“Perubahan cepat dalam G selama durasi 4,6 detik tersebut mengakibatkan penurunan ketinggian sebesar 178 kaki (54 m), dari 37.362 kaki menjadi 37.184 kaki. Urutan peristiwa ini kemungkinan menyebabkan cedera pada awak pesawat dan penumpang,” demikian pernyataan tersebut.

Laporan juga menyebutkan bahwa seorang pilot terdengar memanggil bahwa lampu sabuk pengaman telah dinyalakan.

MEMBACA  UBS tetap menjaga sikap netral terhadap saham Alphabet oleh Investing.com