Penjualan Ritel China Meningkat karena Barang Ekspor Tetap di Dalam Negeri, Sementara Tarif Berdampak pada Produksi Pabrik

BANGKOK (AP) — Ekonomi China menunjukkan hasil campuran di bulan Mei. Penjualan ritel naik, tapi produksi pabrik melambat karena tarif AS yang lebih tinggi.

Data yang dirilis Senin menunjukan penjualan ritel naik 6,4% dibanding tahun lalu, sebagian karena promosi produk yang tertahan akibat tarif.

Festival belanja online besar juga bantu dorong konsumsi. Acara belanja 18 Juni udah mulai bulan lalu, dengan banyak diskon dari penjual online.

Tapi, produksi pabrik dan ekspor tetap terdampak tarif, meski kenaikan bea masuk ditunda sambil China dan AS negosiasi.

Output manufaktur naik 5,8% di Mei (tahun ke tahun), turun dari 6,1% di April dan 7,7% di Maret. Awal tahun produksi pabrik sempat naik cepat, tapi melambat setelah tarif Presiden Donald Trump berlaku.

Ekspor China ke AS turun 35% di Mei, sementara total ekspor naik 4,8%, lebih rendah dari prediksi dan jauh di bawah kenaikan 8,1% di April.

Ekonom bilang ekonomi terbesar kedua dunia ini cukup tahan terhadap ancaman kenaikan tarif.

Tapi, tanda kelemahan masih ada karena pasar properti belum pulih. Deflasi juga jadi masalah, dengan harga konsumen turun 0,1% dari tahun lalu dan 0,2% dari bulan sebelumnya.

Investasi properti turun 10,7% (Januari-Mei), dengan harga rumah di kebanyakan kota turun sedikit. Belanja peralatan pabrik dan aset tetap lainnya naik lambat, cuma 3,7%.

Selain festival belanja "618" (rayakan hari jadi JD.com), program subsidi tukar tambah elektronik dan mobil juga bantu tingkatkan penjualan ritel.

Tapi meski penjualan ritel naik 5% (Januari-Mei), konsumen masih waspada karena lemahnya sektor properti, sumber kekayaan utama banyak keluarga, kata Lynn Song dari ING Economics.

MEMBACA  Ahli memperingatkan hujan es, puting beliung di Meksiko setelah rekor panas baru di ibu kota Oleh Reuters

Data Mei memberi harapan, tapi pemulihan konsumsi berkelanjutan butuh peningkatan kepercayaan konsumen, yang masih dekat ke level terendah sejarah.

Ancaman tarif lebih tinggi yang bisa ganggu perdagangan dua ekonomi terbesar masih ada, dengan batas waktu 10 Agustus buat capai kesepakatan setelah pembicaraan di London minggu lalu.

"Dengan tarif tetap tinggi dan eksportir menghadapi lebih banyak kendala, pertumbuhan ekspor mungkin bisa melambat lagi di akhir tahun," tulis Zichun Huang dari Capital Economics.