Peter Thiel, seorang venture capitalist, akan memberimu $200,000. Syaratnya cuma satu: kamu harus punya ide bagus dan benar-benar fokus mengembangkannya. Pengusaha teknologi senilai $26 miliar ini percaya satu-satunya cara untuk pengusaha muda yang ambisius adalah berhenti dari kuliah.
Sejak 2011, Thiel Fellowship memberikan dana dan jaringan bisnis berpengaruh buat anak muda. Hingga kini, peserta program ini sudah mendirikan lebih dari 11 unicorn dengan total nilai lebih dari $100 miliar. Meski nggak semua yang ikut sukses, program ini melahirkan perusahaan seperti Ethereum dan Plaid.
Contohnya Dylan Field, co-founder Figma, dan Lucy Guo, pendiri Scale AI—miliarder perempuan termuda yang sukses sendiri. Mereka memulai karir dari Thiel Fellowship.
Mungkin terdengar menakutkan untuk berhenti dari kampus Ivy League, apalagi kalau sudah dijanjikan gaji besar setelah lulus. Tapi Thiel membuat program ini karena skeptis dengan sistem pendidikan tradisional. Dia bahkan menyebutnya sebagai "institusi korup".
"Pendidikan tinggi adalah institusi terburuk yang kita punya," kata Thiel dalam pengumuman penerima fellowship tahun ini. "Kami memberikan alternatif untuk para talenta luar biasa ini."
Dylan Field, dari Dropout Jadi Miliarder
Dulu, di kamar asrama Brown University, Dylan Field (19 tahun) punya ide buat Figma—tools desain kolaboratif yang kini saingan Adobe. Tapi Figma baru berkembang setelah dia drop out dan terima Thiel Fellowship.
Awalnya, ibunya khawatir karena Dylan nggak punya gelar sarjana. Tapi setelah Figma sukses besar dan IPO, nilai kekayaan Dylan melonjak jadi $5 miliar.
Menurut Dylan, fellowship memberinya waktu dan mentor untuk fokus bangun perusahaan. "Mereka bilang: ‘Buat sesuatu yang luar biasa,’" katanya. Dan dia berhasil.
Lucy Guo, Miliarder Termuda dari Scale AI
Sebelum jadi miliarder, Lucy Guo adalah mahasiswa Carnegie Mellon yang nggak puas dengan pelajaran di kampus. Dia lebih banyak belajar dari kompetisi coding daripada dosen.
Tahun 2014, dia drop out dan bikin Scale AI bareng Alexandr Wang. Perusahaannya kemudian dibeli Meta senilai $14 miliar. Dengan 5% saham, Lucy jadi miliarder perempuan termuda.
"Fellowship ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku," kata Lucy. "Kamu dikelilingi orang-orang ambisius dan pintar yang sedikit gila."
AI Recruiting Senilai $2 Miliar
Mercor, startup AI recruiting, adalah salah satu sukses besar dari Thiel Fellowship. Pendirinya—Brendan Foody, Adarsh Hiremath, dan Surya Midha—semua dapat dana fellowship.
Mereka merasa nggak perlu nunggu 4 tahun kuliah sementara AI berkembang cepat. "Ada rasa urgensi dan ketakutan tertinggal," kata Surya.
Adarsh, yang sempat kuliah di Harvard, juga merasa ilmu di kampus nggak sebanding dengan peluang bikin startup.
Gelar vs. Peluang Nyata
Gen Z sekarang mulai sadar bahwa gelar kuliah nggak menjamin sukses. Dengan pinjaman mahasiswa yang besar dan lapangan kerja yang terbatas, banyak yang cari alternatif lain.
Seperti kata Thiel: "Kuliah bukan satu-satunya jalan." Dan buktinya, banyak anak muda yang sukses berkat fellowship ini.
"Kamu nggak perlu kuliah buat jadi miliarder," kata Lucy Guo. "Yang penting punya ide brilian dan berani mengambil risiko." Biaya kuliah sekarang naik jadi rata-rata $38.270 per tahun, sehingga susah banget buat hampir setengah orang Amerika yang hidup dari gaji ke gaji. Bahkan, buat sebagian orang, keuntungan karir mungkin udah ilang; tingkat pengangguran pria lulusan kuliah sama aja kayak yang ga kuliah.
Sekitar 38% lulusan merasa pinjaman mahasiswa lebih menghambat karir mereka daripada mempercepatnya, menurut survei terbaru dari Indeed. Thiel juga bilang kalo kuliah sekarang cuma jadi gangguan, karena lulusan baru sering terbebani utang yang memaksa mereka ambil kerjaan bergaji tinggi tapi ga bantu negara.
Perkenalkan Fortune Global 500 2025, daftar perusahaan terbesar di dunia. Lihat daftarnya tahun ini.