Satu perdebatan besar dalam kepemimpinan adalah seberapa banyak mengatur itu terlalu banyak. Para psikolog berpendapat kalau micromanagement itu berbahaya, karena bisa menghambat kreativitas, menurunkan motivasi, dan mengurangi produktivitas.
Tapi beberapa orang hebat di bisnis menunjukkan micromanaging bisa bawa kesuksesan besar. Contohnya Steve Jobs. Mantan CEO Apple ini, yang meninggal pada tahun 2011, terus dipandang sebagai salah satu pemimpin terhebat dalam sejarah. Tapi dia juga terkenal sebagai salah satu micromanager paling terkenal.
“Dia adalah diktator perusahaan yang buat setiap keputusan penting—dan juga banyak hal kecil yang kelihatannya tidak penting,” tulis Adam Lashinsky dalam artikel Fortune tentang Jobs yang terbit sekitar sebulan sebelum dia meninggal.
Tapi Jobs dan pemimpin bisnis lain menunjukkan bahwa micromanaging itu berhasil dan sering dapat cap yang buruk. Dalam podcast Opening Bid, mantan CEO Gap, Mickey Drexler, mendukung praktik manajemen ini. Dia bilang itu adalah salah satu pelajaran kepemimpinan utama dia dari bekerja dengan Jobs di dewan direksi Apple.
Drexler bilang Jobs itu orang yang unik, sangat kreatif, dan memastikan sekrup pada semua produknya dipasang secara horizontal. Jobs juga mendukung kebijakan "no-bozos", yaitu mempekerjakan orang yang benar-benar tahu cara mengatur orang lain dan mendapatkan hasil.
“Micromanaging ya memang seperti itu. Kalau kamu memimpin, atur lah nadanya. Saya bangga jadi seorang micromanager untuk apa yang dilihat, dirasakan, dan didengar pelanggan,” kata Drexler. “Jadi ya, saya melakukan micromanage, tapi [juga] memberikan kepemimpinan. Orang-orang tahu apa yang penting.”
Drexler, yang dulu juga jadi CEO J.Crew, bilang dia tidak belajar untuk jadi sangat menuntut dari Jobs. “Itu memang sifat saya dari dulu: bos yang keras.”